Bisnis.com, MANILA – Pemerintah Filipina mempertimbangkan untuk meningkatkan impor beras ke negara tersebut, disebabkan lonjakan harga domestik yang membebani keuangan negara.
Sekretaris Perencanaan Ekonomi Filipina, Arsenio Balisacan mengatakan negaranya harus segera mengadopsi kebijakan yang tepat untuk mengendalikan harga beras.
“Pendekatan kami sebelumnya dengan mengekang laju impor beras tidak disertai jaminan produksi beras dalam negeri akan dapat memenuhi permintaan masyarakat. Inilah faktor utama pendorong tingginya harga,” kata Balisacan di Manila, Selasa (24/6/2014).
Para pengambil kebijakan China akan mengusulkan proposal untuk dapat menyelenggarakan pasar bebas yang memperbolehkan pedagang swasta dapat mengimpor beras sebanyak-banyaknya.
Keuntungan lain yang didapat dari langkah ini, menurut Balisacan, yaitu pemerintah juga mendapat pemasukan dari tarif impor.
Saat ini Presiden Benigno Aquino dihadapkan pada tantangan untuk mengekang inflasi yang berada pada laju tercepatnya sejak November 2011, terdorong oleh tingginya harga beras.
Utang yang harus ditanggung Otoritas Pangan Nasional Filipina yang memberikan subsidi pada petani melalui pembelian beras dengan harga tinggi, ditengarai mencapai 180 miliar peso atau setara US$4,1 miliar hingga akhir 2016. Nilai ini merupakan dua kali lipat dari anggaran pertahanan negara tersebut tahun ini.
“Pasar bebas akan memungkinkan pemerintah dapat mengelola kas yang berasal dari subsidi beras. Pasar bebas juga menyediakan akses pasar yang lebih besar bagi masyarakat untuk membeli beras,” kata ekonom BDO Unibank Inc, Jonathan Ravelas.