Bisnis.com, BEKASI—Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Kota Bekasi mengakui perolehan proyek lelang pembangunan serta pengadaan barang dan jasa menurun 20% sejak adanya LPSE Kota Bekasi pada 2011.
Penurunan proyek lelang itu lantaran Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) bisa diakses secara online dengan peserta tak terbatas dari satu daerah. Sehingga kondisi tersebut membuat pengusaha konstruksi di Kota Bekasi tidak bisa leluasa lagi memenangkan paket lelang yang ditawarkan oleh pemerintah setempat.
Sekretaris Badan Pengurus Cabang (BPC) Gapensi Kota Bekasi Enjang Haryana menerangkan penurunan perolehan proyek lelang terjadi selama 2 tahun terakhir. Dengan dibukanya akses LPSE secara online, kata dia, pengusaha konstruksi dari berbagai daerah bisa turut mengambil peran untuk mendapatkan proyek lelang dengan menawarkan harga yang lebih kompetitif.
Pengusaha kontruksi dari berbagai daerah asalkan telah memenuhi syarat dalam proses lelang, kata dia, maka proyek tersebut bisa berjalan sesuai ketentuan yang ada dalam perjanjian.
“Adanya LPSE membuat pengusaha konstruksi di Kota Bekasi mengalami penurunan proyek lelang sekitar 20%. Misalnya, biasanya pengusaha dapat 6 proyek, sekarang 2 proyek dalam 1 tahun saja sudah lumayan, ” papar Enjang kepada Bisnis.com, Minggu (15/6/2014).
Kendati tidak memperoleh proyek lelang di Kota Bekasi, para pengusaha konstruksi asal Kota Patriot ini juga bisa menikmati proyek disejumlah kota besar di Indonesia. Proyek lelang yang selama ini digarap oleh pengusaha kontruksi rata-rata berkisar Rp2,5 miliar-Rp10 miliar.
“Sekarang serba transparansi melalui internet. Jadi resikonya proyek di dalam kota kadang tidak dapat, namun satu sisi dapat proyek di luar kota walau pun jumlahnya tidak banyak,” paparnya.
Pihaknya menyatakan pengusaha kontruksi dari daerah biasanya kerap memenangkan proyek lelang yang ada di sejumlah kota besar. Pasalnya, pengadaan barang dan jasa dari daerah bisa menyajikan harga yang lebih murah sehingga proyek tersebut dimenangkan dari berbagai daerah.
Namun kondisi tersebut, kata dia, tergantung dari perhitungan masing-masing pengusaha konstruksi yang mampu mendatangkan barang dengan harga semurah-murahnya supaya mendapatkan keuntungan.
“Setiap proyek yang akan kami kerjakan tentu melalui proses perhitungan yang matang,” ujarnya.