Bisnis.com, JOHANNESBURG - Bank Pembangunan Afrika The African Development Bank sedang menyusun rencana untuk ikut berkontribusi pada proyek listrik dan kereta cepat. Setengah dari proses pembiayaan didapatkan melalui bantuan China.
AfDB menargetkan US$10 miliar ekuitas dari modal awal sebesar US$3 miliar, untuk membiayai proyek infrastruktur.
Pada Senin (19/5/2014), Gubernur AfDB dan menteri keuangan dari seluruh negara di benua Afrika menggelar pertemuan di Rwanda, untuk merealisasikan rencana ini.
Data Bank Dunia mengungkapkan bahwa negara-negara Afrika setiap tahunnya mengalami kekurangan sebesar US$50 miliar untuk menutup kekurangan energi dan kemacetan transportasi.
Untuk membangun kereta cepat, China meminimalisasi pengeluaran AfDB dengan investasi lebih dari US$13 miliar untuk pembangunan infrastruktur awal sejak tahun 2012. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, China menggantungkan diri pada minyak, batubara, dan beberapa komoditas lain Afrika.
“AfDB berinvestasi dalam jumlah yang signifikan pada infrastruktur Afrika. AfDB telah berpikir keras mengenai bagaimana mereka dapat bekerjasama dengan pemerintah Afrika untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur,” kata kepala bidang pemerintahan dan infrastruktur di Ernst & Young, Joe Cosma di Johannesburg, Senin (19/5).
Perdana Menteri China, Li Keqiang dalam kunjungannya ke benua hitam menyampaikan bahwa dalam bulan ini, China akan meningkatkan kredit untuk negara-negara Afrika menjadi US30 miliar.
Ia juga berjanji untuk melipatgandakan modal dana pembangunan China-Afrika, yang mana akan memberikan pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan China untuk penawaran ekuitas privat menjadi US$5 miliar.
Para pemimpin negara-negara Afrika Timur dan China menandatangani kesepakatan atas proyek senilai miliaran dolar ini pada 12 Mei lalu. Kereta cepat akan terbentang sepanjang Mombassa, Kenya, hingga Nairobi.
Saat ini, negara-negara di Afrika Timur dihubungkan oleh jalan buruk dan sempit yang dibangun pada abad ke-19. Kondisi ini jelas membutuhkan biaya besar bagi aktivitas perdagangan di negara-negara Afrika Timur.
"Pembangunan kereta cepat ini akan memotong biaya menjadi 8 sen dolar per metrik ton (1,1023 ton) per kilometernya, dari sebelumnya 20 sen," kata Kenyatta pascapenandatanganan kesepakatan.
Perusahaan konsstruksi China, China Road and Bridge Corporation, telah ditunjuk untuk membangun konstruksi awal di Kenya.