Bisnis.com, BANGKOK—Ekonomi Thailand menyusut pertama kalinya selama 4 kuartal terakhir menyusul krisis anti pemerintahan memukul konsumsi dan pendapatan pariwisata.
Keadaan tersebut mengindikasikan risiko ekonomi negeri Gajah Putih jatuh pada jurang resesi pada tahun ini semakin besar.
National Economic & Social Development Board (NESDB)Thailand mengungkapkan produk domestik bruto (PDB) terpangkas 2,1% pada kuartal I/2014 dari kuartal IV/2013 yang sempat naik 0,1%. Jika disesuaikan dengan laju tahunan, maka ekonomi Thailand merosot 0,6% pada kuartal I/2014 year-on-year (yoy).
Tidak jauh berbeda dengan data pemerintah, 16 ekonom yang disurvei Bloomberg News menyebutkan ekonomi Thailand akan mengalami kontraksi 2,2% pada kuartal I/2014 dari kuartal sebelumnya dan melaju 0,4% pada kuartal I/2014 yoy.
Seperti diketahui, demonstrasi anti pemerintah yang bertujuan untuk menggulingkan mulai membara sejak akhir Oktober tahun lalu dan mengakibatkan kekerasan dan ketidakpastian politik. Hal tersebut diperparah dengan kevakuman politik semenjak Mahkamah Konstitusi berhasil menyeret keluar Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dari kursi kekuasaannya.
Akibatnya, proyek infrastruktur banyak terhambat, kepercayaan konsumen merosot tajam, dan citra Thailand sebagai negara turisme pun praktis rontok.
“Baik konsumsi swasta dan pertumbuhan investasi berada di bawah ekspektasi, mengindikasikan dampak negatif dari krisis politik berkepanjangan akan memukul ekonomi Thailand semakin dalam,” kata Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd. di Singapura, Senin (19/5).
Menurutnya, prospek belanja pemerintah juga masih stragnan, diikuti dengan keengganan pebisnis untuk berinvestasi. Oleh karena itu, dirinya memperkirakan ekonomi Thailand akan tumbuh di bawah 2% tahun ini.