Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerusuhan Thailand Ancam Pemulihan Ekonomi

Krisis politik berkepanjangan Thailand meningkatkan risiko terhentinya pemulihan ekonomi negara tersebut. Thailand akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berpotensi mengalami resesi. Negeri gajah putih diprediksi akan kehilangan titahnya sebagai pusat manufaktur Asia Tenggara.

Bisnis.com, THAILAND -- Krisis politik berkepanjangan Thailand meningkatkan risiko terhentinya pemulihan ekonomi negara tersebut. Thailand akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berpotensi mengalami resesi. Negeri gajah putih diprediksi akan kehilangan titahnya sebagai pusat manufaktur Asia Tenggara.

Berdasarkan survei Bloomberg atas 12 analis, per Maret 2014, produk domestik bruto (PDB) Thailand diprediksi akan merosot 2,2% dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV/2013, perekonomian Thailand tumbuh 0,6%. Para ekonom DBS Group Holdings Ltd dan Mizohu Bank Ltd. mengatakan Thailand akan mengalami 2 kuartal berat yang mendorong  terjadinya kontraksi ekonomi tahun ini.

"Thailand kemungkinan akan mengalami resesi. Dalam jangka waktu lama, Thailand memandang bahwa ekonomi tidak berjalan beriringan dengan politik, namun saat ini asumsi tersebut tampaknya tidak berlaku lagi," kata ekonom senior di Mizuho Bank, Vishnu Varathan.

Sejak akhir Oktober tahun lalu, para demonstran Thailand mulai bergerak untuk menggulingkkan Yingluck Shinawatra dari kursi perdana menterinya. Kondisi ini menahan henti belanja infrastruktur dan menjadi alasan Honda Motor Co untuk menunda pembangunan pabriknya di Thailand.

Para demonstran telah menggelar pertemuan antara dewan pemilihan umum dan pelaksana tugas perdana menteri yang ditetapkan setelah sidang memutuskan Yingluck untuk mundur, mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengantisipasi dampak negatif kredit.

Performa mata uang Thiland, bath pun menjadi yang terburuk dalam 6 bulan terakhir di antara mata uang Asia lain yang dipantau oleh Bloomberg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper