Bisnis.com, TANGERANG SELATAN - Penaikan tarif dasar listrik pada 2014 mempersulit posisi pelaku industri di Provinsi Banten.
Dahnil Anzar, Ekonom Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengatakan pada 2014 ini pelaku industri di Banten berada dalam posisi yang sangat sulit. Penaikan TDL industri dan tuntutan kenaikan UMP sebesar 30% tiap tahunnya akan sangat memukul daya saing industri.
Penaikan TDL industri dan tuntutan UMP akan menimbulkan high cost economy bagi industri. Karena, TDL dan UMP sangat membebani biaya produksi. Pengusaha dihadapkan pada pilihan sulit, di saat keuntungan akan semakin berkurang, mempertahankan eksistensi industri juga cukup berat.
“Namun begitu, saya pikir dalam jangka pendek tidak mungkin mereka [industri] langsung pindah tempat, namun, dalam jangka panjang mungkin akan keluar Banten. Tentu mereka akan menyesuaikan diri dahulu dengan kebijakan pemerintah pusat,” katanya, Jumat (2/5/2014).
Menurutnya, risiko terbesar yang akan terjadi adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, guna mengurangi biaya produksi.
Jika dilihat secara makro menjelang MEA 2015, menurutnya, daya saing Indonesia yang kini telah tergolong rendah maka akan semakin rendah. Investor asing akan lebih memilih negara berdaya saing tinggi seperti Vietnam dan Thailand yang memiliki industri berbiaya ekonomi rendah.
Selain memiliki industri berbiaya ekonomi rendah, secara geografis kedua negara menurut Dahnil berdekatan dengan Indonesia. Investor asing mencari negara produksi yang berdekatan dengan Indonesia, karena Indonesia akan menjadi pusat pemasaran barang bukan pusat produksi.
“Jumlah penduduk yang banyak akan dimanfaatkan sebagai tujuan pasar. Contoh, Blackberry membangun pabrik di Malaysia, padahal pengguna BB terbanyak di Asia Pasifik adalah Indonesia,” katanya