Bisnis.com, BANGKOK— Sejumlah perusahaan Thailand mulai mengincar peluang di luar negeri misalnya Myanmar, Laos, dan Kamboja seiring dengan krisis politik yang berkepanjangan di negeri Gajah Putih ini.
Apalagi, otoritas moneter Thailand dan International Monetary Fund (IMF) memangkas prospek ekonomi sekaligus memperingatkan adanya risiko penurunan keuntungan yang signifikan.
“Karena faktor ketidakpastian saat ini, proyek pemerintah tertunda dan beberapa bahkan dibatalkan,” ucap Khushroo Wadia, Direktur Manajer Christiani & Nielsen Thai Pcl. di Bangkok, Jumat (18/4/2014).
Untuk memperkecil risiko penurunan penjualan, perusahaan konstruksi Thailand itu juga tengah mempertimbangkan untuk memperluas pangsa pasar ke negeri tetangga
Krisis politik di Thailand kali ini bukan pertama kalinya terjadi, Wadia mengungkapkan perusahaan Thailand telah mengalami setidaknya 8 tahun ketegangan politik yang ditandai dengan merosotnya daya beli dan ketidakpastian iklim bisnis.
Beberapa perusahan lainnya antara lain Nawarat Patanakarn Pcl, Italian-Thai Development Pcl, dan Ch. Karnchang Pcl mengikuti langkah Christiani & Nielsen Thai Pcl. untuk mengalihkan strategi bisnis ke Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Tim Leelahaphan, ekonom Maybank Kim Eng Securities Thailand Pcl menuturkan semua bisnis yang bergantung pada konsumsi domestik akan mengalami masa sulit tahun ini. “Ekonomi Thailand sedang mengalami memburuknya kepercayaan diri,” tambahnya.
Kementerian Keuangan Thailand juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,6% sedangka lembaga keuangan seperti Phatra Securities Pcl dan Kasikorn Research Center memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menjadi 1,15 dan 1,8% masing-masing pada tahun ini. (Bloomberg/57)