Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deindustrialisasi Banten: Ini Fakta dan Penyebabnya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banten menyatakan deindustrialisasi di provinsi ini pada 2013 sangat mengkhawatirkan bahkan bisa terus berlanjut pada 2014.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SERANG -- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banten menyatakan deindustrialisasi di provinsi ini pada 2013 sangat mengkhawatirkan bahkan bisa terus berlanjut pada 2014. 

Padahal, sebagai salah satu sentra klaster industri manufaktur padat modal dan padat karya yang sangat diperhitungkan secara nasional, Banten adalah salah satu lumbung pertumbuhan ekonomi nasional.

Kepala Bidang Perekonomian Bappeda Banten Mahdani mengatakan realisasi pertumbuhan industri di Banten pada 2012 yang mencapai 52% tidak dapat dipertahankan pada tahun berikutnya sehingga melorot menjadi 48,58% pada 2013.

Seiring kenaikan upah minimum pekerja pada tahun lalu, tuturnya, banyak perusahaan di Banten merelokasi pabriknya ke wilayah-wilayah lain. “Hal ini sangat merugikan dan menekan pertumbuhan ekonomi Banten,” kata Mahdani, Senin (14/4/2014). 

Mahdani mengatakan sebagian besar hasil industri Banten berorientasi pada pasar ekspor seperti logam, makanan & minuman, kimia, pertekstilan dan alas kaki.

Ketika banyak perusahaan merelokasi pabriknya dan dibarengi dengan pelemahan permintaan di negara tujuan ekspor seperti China dan AS pada 2013, pertumbuhan ekonomi Banten pun kian tertekan.

Menurut Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, beberapa perusahaan di Banten merelokasi pabrik ke Sukabumi dan sejumlah tempat di Jawa Tengah atau kawasan yang upah tenaga kerjanya relatif lebih rendah.

Adapun, upah minimum provinsi (UMP) tertinggi di wilayah Banten adalah Kota Tangerang, Kota Cilegon dan Kab. Tangerang dengan rata-rata Rp2,4 juta per bulan.

Menurut Kantor Perwakilan BI Banten, meski tingkat partisipasi angkatan kerja Banten mencapai 63,53%, dengan semakin berkurangnya populasi pabrik yang beroperasi di Banten menjadikan tingkat pengangguran terbuka di wilayah ini mencapai 9,9%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper