Bisnis.com, WASHINGTON – Amerika Serikat bersiap-siap menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Moskow andai aksi militer Rusia di Ukraina timur terus berlanjut.
Meski begitu, pejabat senior diplomat AS, Minggu (13/4/2014) waktu setempat menyebutkan, sejauh ini masih belum jelas apakah sanksi baru itu akan mendapat dukungan dari Uni Eropa dan apakah hal itu akan mengendurkan aksi kelompok separatis Ukraina yang didukung Rusia.
Sanksi lanjutan dari AS akan merupakan hukuman keempat sejak krisis Ukraina terjadi. Sanksi tersebut sepertinya diarahkan kepada orang-orang Rusia yang dekat dekat Putin termasuk ke entitas bisnis. Demikian sumber yang dekat dengan tema diskusi ini, Minggu.
Walau begitu, sanksi itu tidak akan menyasar sejumlah sektor bisnis Rusia seperti pertambangan, perbankan, dan energi.
“Sanksi sektoral secara luas sepertinya tidak akan dijalankan dengan segera. Apa yang akan menjadi target aksi dalam waktu dekat ini adalah....individu-individu dan perusahaan (miliik orang Rusia),” ujar salah satu sumber.
“Semua itu tergantung pada apa yang terjadi di lapangan,” lanjutnya.
Kalau pun sanksi diarahkan ke sektor industri Rusia, pejabat AS menyatakan masih belum ada kepastian apakah hal itu akan diikuti Uni Eropa dan apakah hal itu akan berdampak pada perekonomian dan sektor energi Rusia.
Sanksi yang paling jelas menyiratkan kemarahan AS terjadi ketika pendudukan Crimea oleh Rusia pada bulan lalu. Sanksi itu dengan jelas mencerminkan memburuknya hubungan AS-Rusia ke sisi terdalam sejak Perang Dingin.
Kelompok pro-Rusia menduduki sejumlah gedung pemerintah di kota kawasan timur Ukraina, Slaviansk, yang berlokasi sekitar 150 km dari perbatasan Rusia, pada Sabtu (12/4).
Pasukan keamanan Ukraina mencoba mengusir para penyerang yang memasang barikade perlindungan di luar kota.