Bisnis.com, BANGKOK—Setelah digempur oleh protes anti pemerintah sejak akhir tahun lalu, ekonomi Thailand menjadi limbung sehingga mengarah pada indikasi resesi ekonomi.
Ekonomi Thailand telah tersandera oleh krisis politik yang berkepanjangan, bahkan pemerintah baru tidak segera terbentuk sehingga memperbesar risiko ketidakpastian politik di negeri Gajah Putih ini.
Sejumlah ekonom bahkan menilai kekerasan dan unjuk rasa anti pemerintah yang berlangsung selama 5 bulan telah memangkas prospek pariwisata hingga 300 miliar baht atau setara dengan (US$9,3 miliar).
“Daya beli konsumen sangat rendah. Kami melihat banyak permintaan merosot pada semua segmen produk konsumsi,” kata Boonkiat Chokwatana, Kepala Distributor Produk I.C.C International Pcl ICC.BK di Bangkok, Senin (14/4/2014).
Selama 43 tahun bergerak di bisnis produk konsumsi, dirinya belum pernah melakukan pemangkasan biaya, bahkan selama krisis keuangan pada 1997. Ketika krisis politik mulai berkecamuk di Thailand, Chokwatana memperkirakan penjualan produk konsumsi kuartal I/2014 akan melorot hingga 20%.
“Situasi kali ini lebih rumit dibandingkan krisis keuangan beberapa tahun yang lalu,” ucapnya yakin.
Prospek ekonomi Thailand pun seketika memburuk, kalangan ekonom memperkirakan ekonomi terkontraksi menjadi kurang dari 2%.
International Monetary Funf (IMF) baru-baru ini menyebutkan ekonomi Thailand hanya tumbuh 2,5% tahun ini, laju pertumbuhan terendah di antara negara Asia. Bank of Thailand juga memangkas pertumbuhan ekonomi menjadi 2,7% pada tahun ini.
“Kami pesimistis akan pertumbuhan kredit tahun ini. Bahkan, kami menawarkan pendampingan bagi nasabah untuk mencegah kredit macet,” jelas Kannikar Chalitaporn, Presiden Siam Commercial Bank SCB.BK.
Indeks sentimen industri Thailand merosot ke level terendah sejak Juli 2009 pada Februari 2014 sedangkan penjualan otomotif domestik anjlok hampir 45% pada Februari tahun ini dari periode yang sama tahun lalu.
Sebelumnya, bank sentral Thailand memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin menjadi 2,0%, angka terendah sejak Desember 2010. Jika tren penurunan berlanjut, maka bisa dipastikan ekonomi Thailand akan jatuh pada jurang resesi.
“Ada potensi yang besar bagi Thailand untuk jatuh pada resesi ekonomi. pertumbuhan ekspor merupakan satu-satunya harapan, tetapi itu [ekspor] tidak mampu menopang keseluruhan pertumbuhan,” tutur Gundi Cahyadi, ekonom DBS Bank Singapura.