Bisnis.com, BEIJING—Kantor Bea dan Cukai China melaporkan ekspor dan impor China pada Maret 2014 secara tak terduga turun.
Total ekspor turun 6,6% dan impor turun 11,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan total impor tercatat menjadikan surplus perdagangan sebesar US$7,71 miliar.
Sebelumnya, dalam survei Bloomberg News kepada 47 ekonom, total ekspor China diprediksi akan mencapai surplus sebesar 4,8%.
“Pemulihan permintaan global tetap hangat, bahkan ketika pemulihan aktivitas ekonomi dunia berkelompok-kelompok,” kata Louis Kuijs, Kepala Ekonom Greater China di Royak Bank of Scotland Group Plc di Hong Kong, dalam keterangan resmi, Kamis (10/4/2014).
Kuijs mengatakan pihaknya akan berhati-hati dalam menginterpretasikan data perdagangan China yang menunjukkan perlambatan, karena, bercermin pada Maret 2013, peningkatan ekspor yang mencapai 11,8% disebabkan oleh over faktur yang bertujuan menyamarkan aliran modal masuk.
Setelah pengumuman data ini, indeks MSCI Asia Pacific melanjutkan penguatan 0,4% pada Kamis (10/4/2014) waktu Tokyo, setelah satu hari sebelumnya naik 0,9%.
Sementara itu, benchmark indeks saham China, Shanghai Composite Index hanya sedikit berubah di saat yang sama.
Perdana Menteri China Li Keqiang dalam pidatonya hari ini mengatakan China tidak akan beristirahat dalam memberikan stimulus jangka pendek dan pertumbuhan ekonomi mungkin dapat menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah dari target sekitar 7,5%.
Menurut laporan sebelumnya, ekspor China pada Februari turun 18,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya dan merupakan penurunan terbesar sejak krisis keuangan global.