Bisnis.com, TOKYO—Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dalam pertemuan dewan gubernur yang berakhir pada Selasa (8/4) mempertahankan pemberian stimulus moneter senilai 60 triliun yen atau setara dengan US$589 miliar hingga 70 triliun yen per tahun.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan pihaknya meyakini bahwa target inflasi sebesar 2% akan tercapai dan bank sentral meyakini bahwa penambahan stimulus moneter pada saat ini belum diperlukan.
“Sudah ada pelonggaran moneter yang substansial dalam jalur rencana hingga akhir tahun,” kata Marcel Thieliant, Ekonomi Jepang di Singapura pada Capital Economics, dalam sebuah laporan, Rabu (9/4/2014).
Gubernur BoJ menunjukkan data ekspansi ekonomi yang sebelumnya tidak pernah dialami oleh Jepang ketika berada dalam deflasi. Kebijakan moneter diyakini telah memberikan dampak yang lebih baik daripada langkah-langkah kebijakan kecil.
Yen telah jatuh hampir 9% sejak Kuroda menggandakan pembelian obligasi bulanan pada pertemuan pertamanya sebagai pimpinan BoJ pada April 2013. Sebelumnya, ketika mantan Gubernur Masaaki Shirakawa memperkenalkan pembelian aset yang lebih kecil, yen justru menguat 3% selama 2 tahun yang dimulai pada Oktober 2010.
Ketika Kuroda menyatakan menahan diri untuk mengambil langkah ekstra pada kebijakan moneter, para ekonom dalam survei Bloomberg News justru memprediksi bahwa bank sentral akan melipatgandakan pembelian exchange traded funds dalam beberapa bulan mendatang.