Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Amerika: Kredit Konsumen AS Melonjak

Pinjaman konsumen Amerika Serikat pada Februari mencapai US$16,5 miliar, melampaui semua perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang memprediksi pertumbuhan kredit hanya menyentuh US$13,8 miliar.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, WASHINGTON -- Pinjaman konsumen Amerika Serikat pada Februari mencapai US$16,5 miliar, melampaui semua perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang memprediksi pertumbuhan kredit hanya menyentuh US$13,8 miliar.

Menurut Federal Reserve, kenaikan terbesar didapatkan pada sektor kredit mobil, sekolah dan non-revolving lainnya.

Penguatan di pasar tenaga kerja, harga rumah dan portofolio saham yang berkontribusi terhadap kesehatan neraca AS telah meningkatkan kepercayaan konsumen.

“Kredit konsumen tetap berada pada jalur yang lambat, namun menunjukkan pertumbuhan positif yang terlihat pada belanja konsumen di seluruh siklus dan belanja rumah tangga pada kuartal pertama,” kata Mike Englund, Kepala Ekonom Action Economics LLC di Colorado, Selasa (8/4/2014).

Menurutnya, penguatan penjualan sektor otomotif pada Maret mungkin akan menjadi indikasi terjadinya lonjakan kredit konsumen dari sektor lainnya. Perkiraan 34 ekonom yang disurvei berkisar dari US$7 miliar hingga US$16,2 miliar .

Sebelumnya, pertumbuhan kredit pada Januari tercatat sebanyak US$13,7 miliar. Namun begitu, laporan ini tidak melacak pinjaman dengan jaminan pada real estat, seperti mortgage dan kredit ekuitas perumahan.

Sementara itu, kredit non-revolving, seperti untuk biaya kuliah dan pembelian kendaraan dan mobile home meningkat menjadi US$18,8 miliar dari US$14 miliar pada Januari. Penguatan kredit non-revolving dibarengi dengan penurunan kedua berturut-turut pada penggunaan kartu kredit.

Kredit revolving pada Februari tercatat turun menjadi US$2,4 miliar, atau turun US$241 juta dari bulan sebelumnya.

Pinjaman yang diberikan oleh pemerintah federal kepada konsumen, terutama untuk pinjaman mahasiswa, naik sekitar US$6,2 miliar setelah mengalami lompatan menjadi US$28 miliar pada Januari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper