Bisnis.com, TASIKMALAYA—Tata niaga cengkih di Jawa Barat saat ini dinilai kurang baik sehingga menyulitkan prediksi terhadap kebutuhan cengkih di pasaran. Pasalnya selama ini petani hanya menjual produksi kepada pengepul atau tengkulak tanpa mengetahui berapa kebutuhan pasokan yang mesti disediakan.
Kondisi tersebut berimbas pada fluktuatifnya harga secara ekstrem, sehingga membuat petani menjadikan usaha pertanian cengkih sebagai sambilan atau hanya memanfaatkan lahan yang tidak produktif.
Kepala Seksi Bina Produksi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Tatang Wahyudin mengatakan pihaknya selama ini hanya sebatas melakukan pembinaan pada petani, agar mereka menggenjot produktivitas cengkih. Sedangkan pascapanen hasilnya langsung dilakukan petani, termasuk penentuan harga yang mengikuti di pasaran.
“Kami cukup kesulitan bagaimana memprediksi kebutuhan pasokan buah cengkih ini. Karena kami hanya membina produktivitas tanaman agar hasilnya maksimal,” katanya kepada Bisnis, Senin (17/3/2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2013 lahan cengkih di kawasan itu mencapai 25.021 hektare yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) 419 ha, taman menghasilkan (TM) 1599 ha, dan tanaman rusak 367,6 ha.
Lahan tersebut tersebar di 35 kecamatan dengan wilayah produksi terbesar terdapat di Cipatujah, Karangnunggal, Bojonggambir, dan Cineam. Total produksi buah basah sebanyak 1187,3 ton per tahun, olahan 239 ton, dan cengkih kering hanya 2,9 ton.
Koordinator Penyuluh Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Bunbun Bunyamin menyebutkan harga terbaru cengkih kering di tingkat petani saat ini mencapai Rp125.000 per kg, yang sebelumnya Rp140.000 per kg.
Padahal, katanya, bila cengkih dijual ke industri secara langsung bisa lebih tinggi dari harga yang ditawarkan saat ini.
“Selama ini petani langsung menjual cengkih kepada tengkulak, karena belum ada tata niaga yang jelas,” katanya.
Degan kondisi itu, pihaknya tidak bisa memprediksi berapa kebutuhan pasokan cengkih yang dibutuhkan sektor hilir karena tata niaga yang belum jelas.