Bisnis.com, MAKASSAR— Mantan Wapres M. Jusuf Kalla atau yang akrab disapa JK menyampaikan tinggal di Istana Negara merupakan keistimewaan karena membutuhkan suara minimal 70 juta jiwa dalam pemilihan umum.
Berdasarkan keterangan pers, hal itu disampaikan JK saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku teranyar karya J. Osdar, wartawan senior Harian Kompas, berjudul ‘Sisi Lain Istana dari Zaman Bung Karno Sampai SBY’ di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Jumat (7/3/2014).
JK yang dalam kesempatan itu mengenakan batik lengan panjang berwarna kombinasi merah dan biru menyampaikan bahwa meskipun dapat tinggal di Istana, jangan berpikir kalau memerintah rakyat di negeri ini sulit.
Dia berpendapat, untuk memerintah Indonesia sebenarnya hanya perlu 500 orang saja agar semua dapat berjalan semua. “Mudah saja memerintah itu, cukup dengan 500 orang saja,” kata JK yang disambut tawa undangan yang hadir.
Menurutnya, 500 orang itu terdiri dari para menteri, mediator untuk berkomunikasi dengan anggota DPR, dan selanjutnya para awak media yang berkapasitas menyebarkan informasi kepada publik.
Kendati bisa tinggal di istana, JK berseloroh bahwa tidak semua Presiden memilih tinggal di tempat tersebut. Bahkan SBY, lanjutnya, setiap hari Sabtu-Minggu pulang ke Cikeas.
“Tidak semua Presiden tinggal di istana, Ibu Mega, Pak Habibie tidak tinggal di istana, bahkan SBY Sabtu-Minggu pulang ke Cikeas,” kelakarnya.
Pada acara yang dikemas dengan cair ini, lagi-lagi JK menekankan pentingnya memerintah dengan tanggung jawab. Menurutnya, pemerintah sekarang lebih banyak menghimbau daripada memerintah.
“Jadi Pak Daniel, memerintah itu bukan hanya menghimbau,” ujar JK dihadapan staf khusus Presiden bidang komunikasi politik Daniel Sparingga yang disambut tawa seisi ruangan. Daniel sendiri juga menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Dalam acara yang dimoderatori Sukardi Rinakit tersebut, hadir pula Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun dan Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi.