Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi salah satu kandidat kuat calon presiden dalam pilpres mendatang.
Namun, dalam survei yang dilakukan oleh lembaga riset Media Survei Nasional (Median) menunjukkan elektabilitas Jokowi anjlok dari 30,1% menjadi 15,3%.
Peneliti Median Rico Marbun mengatakan penurunan elektabilitas Jokowi karena belum berhasil menangani persoalan di Jakarta terutama banjir dan kemacetan lalu lintas.
"Penurunan elektabilitas Jokowi secara nasional ketika Jokowi belum berhasil menangani DKI," katanya di sela-sela jumpa pers di Jakarta, Selasa (4/3/2014).
Menurutnya, ini menjadi kesempatan bagi lawan politik bahwa Jokowi tidak bisa dikalahkan. Publik Indonesia tahu kalau jokowi belum berhasil menyelesaikan pekerjaan saat memimpin ibu kota sehingga belum layak untuk dicapreskan.
Survei median berlangsung 28 Januari-15 Februari 2014 dengan 1.500 responden menggunakan kuesioner metode face to face interview. Sampel dipilih random dengan teknik Multistage Random Sampling dan proporsional di 33 provinsi dengan margin of error 2,57% dan tingkat kepercayaan 95%.
Responden diajukan dua pertanyaan yang berbeda. Pertama responden diminta untuk memilih presiden jika pilpres dilaksanakan hari ini.
Hasilnya elektabilitas Jokowi 30,1%, Prabowo Subianto 18,0%, Aburizal Bakrie 10,0%, Megawati Sukarnoputri 8,3%, Wiranto 7,3%, Anis Matta 4,0%, Dahlan Iskan 3,0%, Yusril Ihza Mahendra 2,6%, Hatta Rajasa 1,4%, Surya Paloh 1,3%, Muhaimin Iskandar 1,0%, Suryadharma Ali 0,3%, Sutiyoso 0,1% dan tidak tahu 12,5%.
Kemudian responden diberikan treatment bahwa kemacetan dan banjir hingga saat ini masih menjadi masalah utama warga DKI Jakarta yang masih belum bisa diatasi dengan baik oleh Jokowi. Hasilnya elektabilitas Jokowi anjlok di urutan ketiga karena tahu pekerjannya masih banyak yang belum selesai.
Elektabilitas tertinggi Prabowo Subianto 20,0%, Megawati 16,0%, Jokowi 15,3%, Aburizal Bakrie 10,9%, Wiranto 7,5%, Anis Matta 4,3%, Dahlan Iskan 3,2%, Yusril Ihza Mahendra 2,7%, Hatta Rajasa 1,8%, Surya Paloh 1,5%, Muhaimin Iskandar 1,0%, Suryadharma Ali 0,4%, Sutiyoso 0,1% dan tidak tahu 15,4%.