Bisnis.com, PEKANBARU—Sejumlah perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau disebut berniat menjual kelebihan daya (excess power) yang dimiliki kepada PLN dengan potensi mencapai 200 MW, sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi pemadaman bergilir yang rutin terjadi saat terjadi defisit.
“Hingga kemarin sudah ada beberapa PKS [perkebunan kelapa sawit] yang mengajukan excess power antara 0,6 MW-1 MW. Ini merupakan kemudahan bagi kami karena tinggal membangun jaringan saja,” kata Sarno, Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN (Persero) Wilayah Riau Kepulauan Riau (WRKR) kepada Bisnis, Rabu (23/1/2014).
Terkait harga, lanjutnya, PLN WRKR akan berpatokan pada Peraturan Menteri ESDM No. 4/2012 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PLN dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik.
Sarno menghimbau bagi perkebunan kelapa sawit yang akan menjual excess power harus bisa memastikan kebutuhannya sudah tercukupi. Ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan penyaluran daya tersebut.
“Namun, kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Banyak PKS yang terletak di tengah hutan, sehingga membuat kami kesulitan untuk membangun jaringannya,” imbuhnya.
Dia menjelaskan PLN memperkirakan pertumbuhan kelistrikan di wilayah Riau dan Kepulauan Riau hanya 8% per tahun, sedangkan pertumbuhan kebutuhan listrik mencapai 14% per tahun. Dengan beroperasinya PLTU Riau ini dapat membantu sistem kelistrikan Sumatra Bagian Tengah khusus Riau.
Saat ini beban puncak di Riau mencapai 474 MW, sedangkan daya pembangkit sebesar 400 MW dan dibantu oleh sistem interkoneksi Sumatera sebesar 80 MW.