Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembangunan Rumah Murah di Jateng Diproyeksi Tak Capai Target

Target pembanguan rumah sederhana program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sebanyak hampir 9.000 unit di Jawa Tengah pada 2014 dinilai sangat sulit tercapai.

Bisnis.com, SEMARANG--Target pembanguan rumah sederhana program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sebanyak hampir 9.000 unit di Jawa Tengah pada 2014 dinilai sangat sulit tercapai.

Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia wilayah Jateng bidang Promosi, Publikasi, dan Kehumasan Dibya K. Hidayat menuturkan kendala terbesar pembangunan rumah FLPP adalah ketersediaan lahan. Akibatnya, realisasi pembangunan selalu di bawah target.

Pada 2013, lanjutnya, dari target 11.000 unit, hanya sekitar 5.000 unit yang berhasil dibangun. "Tahun ini targetnya 8.900 unit, hampir 9.000 unit FLPP. Kalau boleh jujur itu target semata, sulit sekali merealisasikannya," ujar Dibya, Jumat (17/1).

Menurutnya, lokasi lahan yang tersedia untuk FLPP kebanyakan jauh dari pusat kota dan minim sarana-prasarana penunjang, seperti akses jalan, transportasi umum, pasar, dan sekolah.

"FLPP di Semarang susah sekali, tinggal di wilayah Gunung Pati, tetapi ini terkena Perda Kawasan Konservasi. Kalau lokasinya terlalu jauh, pasarnya sulit," katanya.

Terkait minimnya infrastruktur, REI berharap pemerintah daerah bisa bersinergi guna mendukung pengembangan pemukiman sederhana dengan menggulirkan proyek infrastruktur APBD di lokasi tersebut.

"Dari anggota 160 pengembang, tidak sampai 10% yang mengarap FLPP. Soal lahan dan infrastruktur pendukung yang paling berat," imbuhnya.

Saat ini, imbuhnya, REI tengah menunggu revisi harga FLPP dari Rp88 juta/unit menjadi Rp105 juta/unit yang masih digodok oleh Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Keuangan.

"Harga FLPP ini harus naik, karena ongkos produksi naik, terutama bahan material bangunan seperti semen dan besi mulai merangkak. Kalau tidak pengembangnya KO (knockout)," tuturnya.

Namun, apabila harga dinaikkan, Dibya mengakui akan terjadi kenaikan cicilan bunga, risiko terkena PPn, dan tidak tepat sasaran pembeli.

Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) sebelumnya menilai anggaran yang ditetapkan untuk penyaluran kredit pemilikan rumah dengan skim FLPP pada 2014 terlalu rendah.

Anggaran KPR-FLPP sebesar Rp3 triliun pada 2014 rencananya akan disalurkan untuk 60.400 unit rumah. Dibandingkan dengan anggaran pada 2013 sebesar Rp6,9 triliun untuk 121.000 unit rumah, jumlah tersebut hanya separuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper