Bisnis.com, JAKARTA — Cerita pendek berjudul Mamat Tulis Nama Dahlia karya Mohammad Yozaf dari Indonesia, berhasil memenangkan Eye Level Literature Award 2013 di Korea. Untuk itu penulisnya mendapatkan hadia uang senilai US$10.000.
Yozaf, pria kelahiran Jakarta 12 Desember 1974 ini, tak menyangka sama sekali kalau cerita sepanjang 4 halaman yang ditulisnya itu akan menjadi juara pertama untuk tingkat dunia. Selain mendapatkan uang tunai, dia juga memperoleh tiket berwisata ke Korea untuk dua orang.
“Saya sangat senang berhasil memenangkan kontes menulis yang diikuti oleh sejumlah negara ini,” ungkap Yozaf di Jakarta, usai menerima piala dan hadiah sebagai pemenang, yang disampaikan oleh Afan Suryadi, Franchise Director Eye Level Indonesia, di Jakarta, Sabtu (18/1/14).
Yozaf menuturkan tujuan utamanya menulis cerita itu, adalah untuk memberikan inspirasi kepada anak-anak di seluruh dunia dan di Indonesia, agar mereka senang membaca.
Kontes Eye Level Literature Award yang sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu ini, diselenggarakan oleh Eye Level, anak perusahan dari Daekyo--selft directed learning center bagi anak-anak yang berpusat di Korea Selatan.
Lomba ini diikuti oleh sekitar 500 peserta dari beberapa negara, diantaranya dari Malaysia, Singapura, Indonesia, Thailand, Filipina, Hong Kong, Korea, dan Amerika Serikat.
Afan Suryadi mengatakan kontes yang ke-21 kalinya ini, dimulai pada 1 Juli-31 Agustus 2013. Kegiatan ini terbuka bagi penulis amatir, professional, maupun seniman di atas usia 18 tahun.
“Tujuannya untuk mencari generasi baru penulis dan illustrator, yang akan membantu mempromosikan kegembiraan dan cinta membaca untuk anak-anak di seluruh dunia. Nantinya karya si pemenang akan dibuat buku cerita anak,” ujar Afan.
Yozaf menambahkan cerpen Mama Tulis Nama Dahlia berkisah tentang keberagaman dan kebinekaan Indonesia. “Negeri kita ini isinya beragam, banyak budaya, suku yang berbeda, juga agama. Tapi semua bisa hidup berdampingan, walau terkadang ada isu dan intrik,” ungkapnya.
Dia menuturkan inspirasi dari cerpennya itu adalah kehidupannya di masa kecil di wilayah Depok. “Ketika kecil dulu saya banyak melihat pembauran di Depok. Bahkan makam orang China dan Belanda berdekatan, juga makan orang pribumi. Anak-anak bermain bersama dan berteman, walau beda suka, agama, dan kebangsaan,” ujarnya.
Dia mengatakan Mamat yang asli dari Depok mau menerima Dahlia yang pendantang. Mereka berkenalan di makam. Mereka berteman, dan bahkan Mamat belajar (bersekolah) kepada Dahlia.
Namun, ketika Mamat sedang giatnya belajar, Dahlia tidak pernah muncul lagi. Ternyata dia menyusul mamanya, dan dimakamkan di tempat yang sama.