Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Headlines Koran: Penetapan Harga Tidak jelas, Indonesia Bayar Mahal Bunga Obligasi Global

Polemik harga elpiji non-subsidi 12 kilogram akibat buruknya koordinasi pemerintah menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Rabu (8/1/2014) selain isu penerbitan surat utang negara di awal tahun dan ketidaksiapan bursa saham menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA— Polemik harga elpiji non-subsidi 12 kilogram akibat buruknya koordinasi pemerintah menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Rabu (8/1/2014) selain isu penerbitan surat utang negara di awal tahun dan ketidak-siapan bursa saham menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.  

Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:

Penetapan Harga Tidak Jelas
Polemik harga elpiji non-subsidi 12 kilogram sepekan terakhir ini menunjukkan koordinasi di dalam pemerintahan tidak berjalan dengan baik. Hal ini sebagai dampak ketidakjelasan aturan main mengenai siapa yang berwenang menetapkan harga elpiji non-subsidi itu (KOMPAS).

Indonesia Bayar Mahal Bunga Obligasi Global
Pemerintah menggeber penerbitan surat utang di awal tahun. Setelah meraup Rp10 triliun dari lelang perdana surat utang negara kemarin, pemerintah akan merilis dua seri obligasi berdenominasi dolar AS alias global bond pada 15 Januari 2014 (KONTAN).

Nilai Wajar Rupiah 10.500-11.500/US$
Dengan nilai tukar di atas Rp12.000 per dolar AS saat ini, rupiah berada dalam kondisi terlalu murah atau under-valued. Nilai wajar atau fair value rupiah semestinya ada di kisaran Rp10.500 per dolar AS. Ke depan, rupiah bakal menguat seiring perbaikan defisit transaksi berjalan (INVESTOR DAILY).   

Bursa Saham Masih Jauh Tertinggal
Memasuki masyarakat ekonomi ASEAN 2015, banyak pelaku pasar menilai skeptis jika industri pasar modal dalam negeri siap menghadapi persaingan tersebut. Pasalnya, daya saing industri pasar modal dalam negeri saat ini yang masih rendah ketimbang negara lain menjadi hambatan yang belum terselesaikan. Tengok saja dari jumlah investor pasar modal yang hanya sebesar 0,35% dari populasi, masih jauh tertinggal dengan nasabah perbankan yang mencapai 49,1% dari total populasi, belum lagi jumlah emiten hanya tercatat 483 emiten, tertinggal dibandingkan Hong Kong yang mencatatkan 1.602, Singapura 780, Malaysia 910 emiten (NERACA).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper