Bisnis.com, PADANG— Pemerintah Jepang tertarik untuk mengembangkan beras solok di Sumatra Barat. Sebagai bentuk keseriusan, Konsulat Jenderan Jepang untuk Sumatra di Medan mendatangi Bupati Solok.
“Mereka tampaknya serius untuk bekerja sama mengembangkan beras solok,” kata Bupati Solok Syamsu Rahim kepada Bisnis, Kamis (19/12/2013).
Dia mengatakan pembicaraan antara pemerintah kabupaten Solok dengan Konsulat Jenderal Jepang baru sebatas peninjauan dan melihat potensi pengembangan beras yang ada di daerah tersebut.
Solok memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras dengan kualitas terbaik di Sumatra Barat, bahkan mungkin di Indonesia. Sebagian besar beras yang dihasilkan dari daerah tersebut di jual ke provinsi tetangga, Riau dan Jambi.
Pemerintah Jepang kata Syamsu Rahim berharap kerjasama pengembangan mutu dan produksi beras di daerahnya bisa dikembangkan menjadi beras ekspor.
“Kalau untuk kebutuhan daerah, Solok sudah lama surplus. Sebagian besar beras kita dijual ke provinsi tetangga, Riau dan Jambi. Mungkin bisa diekspor,” ujarnya.
Dia mengatakan sebagai tindak lanjut pertemuan itu, pemerintah Jepang akan menurunkan tim survey dan memetakan potensi beras di Kabupaten Solok. Kerjasama katanya diarahkan pada peningkatkan mutu dan produksi melalui teknologi pertanian yang dimiliki Jepang.
Selain menyangkut pengembangan beras, pemerintah Jepang juga tertarik bekerja sama mengelola sektor hortikultura di Solok. “Mereka tertarik juga untuk bekerja sama di sektor agribisnis, terutama tanaman hortikultura dengan orientasi ekspor. Kita lihatlah nanti hasilnya,” sebut Syamsu.
Juru bicara Konsulat Jenderal Jepang Erlim Contesa mengatakan Jepang tertarik membantu dalam bidang pemanfaatan tekonologi pertanian, mengangat Solok merupakan salah satu sentra pertanian utama di Sumbar.
“Sekarang masih penjajakan, akan ada tindak lanjut setelah ini. Mereka ingin Solok jadi model pengolahan hasil pertanian,” ujarnya.
Selain bidang pertanian, Erlim menyebutkan potensi pensi atau kerang danau Singkarak juga amat menjual. “Beberapa peneliti dari Jepang sudah melakukan penelitian nilai gizi untuk pensi Danau Singkarak, dan itu bisa diolah sebelum dikirim ke Jepang,” kata Erlim.
Dia mengatakan di Jepang, orang sakit diberi pilihan oleh dokter. Pilihannya adalah makan obat atau makan pensi. “Karena pensi mengandung nilai gizi tinggi. Di Jepang, 50 biji pensi bisa berharga 500 yen,” katanya.