Bisnis.com, PEKANBARU - Sosok pemimpin dengan karakter seperti yang melekat pada diri Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi impian masyarakakat untuk tampil sebagai presiden berikutnya pada pemilihan presiden 2014.
Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah mengatakan faktor Jokowi menunjukkan bahwa masyarakat rupanya menginginkan sosok pemimpin yang berbeda dari pemimpin sebelumnya.
“Perlu diingat bahwa ada Jokowi faktor. Rupanya ada fenomena bahwa masyarakat ingin sesuatu yang lain. SBY dilihat sangat presidensial, terlalu seperti ‘presiden’ sehingga kita sudah bosan dengan seperti itu,” katanya dalam acara BNI Economic Outlook 2014, Rabu malam (18/12/2013).
Menurutnya, Jokowi tampil seperti rakyat Indonesia kebanyakan. Dia berpenampilan seperti masyarakat biasa, hingga masyarakat seolah tidak berjarak dengan Jokowi. “Sehingga orang berpikir, asyik juga nih punya presiden seperti Jokowi,” ujarnya.
Berdasarkan survei selama periode 1-31 Mei 2013 yang dilakukan oleh PolMark Indonesia yang dipimpin oleh Eep, dimana hasilnya, ternyata orang lebih mengutamakan integritas dalam pertimbangannya memilih presiden.
“Jadi saat orang itu [tokoh yang mengajukan diri sebagai capres] mengajak masyarakat ‘ayo berantas korupsi’, orang itu beserta keluarganya harus lebih dulu tidak korupsi".
Setelah integritas, pertimbangan orang dalam memilih presiden selanjutnya adalah melihat pengalaman si kandidat ini, dia beragama Islam dan laki-laki. Sedangkan faktor-faktor seperti orang itu harus berusia muda, berasal dari suku Jawa, serta berlatarbelakang TNI/Polri, sudah tidak terlalu dominan dalam pertimbangan orang dalam memilih presiden.
Meski demikian, Eep mengingatkan bahwa penentu kualitas pemilu bukan hanya partai politik beserta kandidatnya saja, tetapi juga oleh masyarakat itu sendiri.
“Pemimpin mencerminkan yang memilih. Kita juga yang akan menentukan nasib negeri ini lima tahun ke depan".