Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Headlines Koran: Kendalikan Transaksi Berjalan, Infrastruktur Bandara Kritis

Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin menjadi 7,5% menjadi menjadi isu utama berbagai media nasional hari ini, Rabu (13/11/2013) selain isu infrastruktur sejumlah bandara besar yang tidak memadai dan dugaan terjadinya praktik goreng-menggoreng saham di pasar modal.

Bisnis.com, JAKARTA—Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI  Rate 25 basis poin menjadi 7,5% menjadi menjadi isu utama berbagai media nasional hari ini, Rabu (13/11/2013) selain isu infrastruktur sejumlah bandara besar yang tidak memadai dan dugaan terjadinya praktik goreng-menggoreng saham di pasar modal.

Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:

Kendalikan Transaksi Berjalan
Suku bunga acuan atau BI  Rate naik lagi 25 basis poin, menjadi 7,5%. Kali ini, Bank Indonesia fokus pada pengendalian defisit transaksi berjalan. Namun, dalam jangka menengah panjang, BI mengarahkan kebijakan kepada pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan (KOMPAS).

Kenaikan BI Rate Bikin Ekonomi Loyo
Di luar dugaan, Bank Indonesia (BI) memilih menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate 0,25% menjadi 7,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (12/11/2013). Rapat itu juga menaikkan bunga lending facility dan deposit facility 0,25% menjadi masing-masing 7,5% dan 5,75%  (KONTAN).

Infrastruktur Bandara Kritis
Infrastruktur sejumlah bandara besar di Indonesia tidak memadai dan cenderung kritis. Kondisi tersebut berdampak negatif terhadap kualitas layanan dan menghambat ekspansi industri penerbangan. Celakanya, pihak maskapai selalu dipersalahkan bila pelayanan buruk akibat dukungan infrastruktur bandara yang lemah (INVESTOR DAILY).   

Transaksi Pasar Modal Tidak berkualitas
Dugaan terjadinya praktik goreng-menggoreng saham di pasar modal sudah menjadi rahasia umum para pelaku pasar, meski cara ini jelas dilarang tetapi hal ini seperti sudah dimaklumi banyak pihak. Ini karena praktik kotor tersebut dinilai jadi cara ampuh mendongkrak saham suatu emiten agar tetap likuid. Namun demikian, imbasnya investor ritel yang dirugikan. Sulitnya mendeteksi aksi tersebut akhirnya membuat transaksi saham di pasar modal makin tidak berkualitas (NERACA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper