Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah Kabupaten Bandung mendorong para pelaku usaha kopi lokal untuk memanfaatkan peluang pasar ekspor ke Maroko yang tertarik memanfaatkan komoditas asal daerah tersebut untuk jangka panjang.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kab. Bandung A. Tisna Umaran mengatakan pada tahap awal pengusaha asal Maroko akan membeli sedikitnya 3.000 ton kopi.
"Ini merupakan pasar baru, selama ini mereka membeli kopi dari Spanyol dan Italia. Dengan pembelian secara langsung ini tentu saja harus dimaksimalkan," katanya seusai pembukan Kopi Festival, Rabu (6/11/2013).
Menurutnya, kebutuhan kopi Maroko mencapai 40.000 ton setiap tahun, sebagai salah satu negara pecinta kopi.
Kab. Bandung memiliki luas perkebunan kopi mencapai 10.230 hektare dan setiap tahun ada perluasan areal tanaman hingga 1.000 hektare.
Pada 2012, produksi di daerah itu mencapai 879 ton berupa buah cery, dan untuk biji kopinya mencapai 4.690 ton yang tersebar di 20 kecamatan yang digarap 223 kelompok usaha tani.
"Kab. Bandung bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal mencapai 2.000 ton, dan 4.000 ton untuk ekspor," ungkapnya.
Selama ini, kopi produksi Kab. Bandung sudah menjadi komoditas ekspor ke sejumlah negara, tetapi pemasarannya melalui daerah lain seperti Medan dan Surabaya.
Kondisi itu, membuat Bandung sebagai daerah terbesar penghasil kopi Preanger menjadi tidak dikenal, sehingga perlu dibangun kemandirian pasar agar kesejahteraan petani bisa meningkat.
"Pada 26 Juni 2012, sudah ada pengujian rasa terhadap kopi asal Kab. Bandung, dan hasilnya mendapatkan penilaian excellent atau very good," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Bandung Dadang Naser menyatakan kegiatan kopi festival akan menjadi agenda tahunan daerah dalam rangka meningkatkan produksi dan pemasaran kopi lokal.
"Kab. Bandung memiliki kopi terbaik karena ditanam didaerah yang memiliki ketinggian yang memenuhi persyaratan," katanya.
Akan tetapi, pihaknya mendorong kelompok usaha kopi perlu memperkuat manajemen bisnisnya, termasuk melakukan diversifikasi pasar dan pengembangan komoditas pertanian lainnya.
Menurutnya, 45% warga Kab. Bandung mengandalkan penghasilan dari hasil bumi. Setidaknya ada tiga komoditas unggulan yang telah teruji secara nasional maupun global a.l kentang, stroberi dan kopi yang menjadi nomor satu.
"Tinggal pemberdayaan petani dan daya saingnya yang perlu ditingkatkan. Selain itu, dukungan anggaran pun akan ditingkatkan," tuturnya.
Dadang menambahkan, Pemkab Bandung belum perlu membangun pabrik pengolahan kopi, tetapi cukup melibatkan pelaku usaha swasta. "Inggris dan negara Eropa lainnya menjadi produsen kopi dunia. Padahal mereka tidak memiliki tanaman kopi. Kopi mereka itu memang berasal dari sini," paparnya.(k6)