Bisnis.com, YOGYAKARTA – Rangkaian prosesi pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro akan dimulai Senin 21 Oktober dengan nyantri untuk calon mempelai pria dilanjutkan siraman untuk keduanya di tempat yang berbeda.
Siraman GKR Hayu akan dilaksanakan di kompleks Keputren tepatnya Bangsal Sekar Kedhaton sementara Notonegoro di Bangsal Kasatriyan dimana ia akan nyantri selama sehari.
Air yang digunakan untuk siraman berasal dari tujuh mata air dari lingkungan kraton yang ditaburi kembang setaman berupa roncean bunga-bunga.
“Seperti biasa, air siraman pertama oleh Kanjeng Ratu Hemas selanjutnya sesepuh keluarga kraton atau pihak yang sudah ditentukan,” kata Tienuk Riefki, perias calon penganti putri.
Setelah prosesi siraman selesai, menurut Tienuk upacara akan dilanjutkan dengan merias diri dengan mengerik rambut dahi yang bertempat di emper Sekar Kedhaton sebelah timur. “Kerik rikma [rambut] dahi sebagai simbol pembersihan diri dari hal-hal buruk,” ujar dia.
Selanjutnya, air tujuh mata air yang digunakan untuk siraman itu, kemudian diantarkan ke Bangsal Kasatriyan di Gedhong Pompa untuk digunakan upacara siraman calon mempelai pria.
Di Bangsal Kasatriyan, Notongoro mengikuti prosesi siraman diawali oleh ibunda calon mempelai perempuan, ibunda calon mempelai pria dan sesepuh dengan urutan sama seperti yang dilakukan kepada GKR Hayu.
Upacara siraman di kraton semuanya dilakukan oleh perempuan seagai simbol ibu yang merawat anak melepas untuk mempersiapkan rumah tangga.
Jumlah orang yang menyirami ganjil diambil dari kepercayaan Hindu yang melambangkan Trimurti (Brahma, Wisnu, Syiwa) yang juga dipercaya dapat menolak bala.
Siraman itu dilakukan juga sebagai simbol menyucikan diri sebelum memulai babak baru dalam kehidupan manusia melalui pernikahan, sehingga diharapkan seseorang bersih secara jasmani maupun batin.