Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Jaga Apresiasi Mata Uang, Inflasi Mengancam PDB

Bisnis.com, SINGAPURA - Bank sentral Singapura mempertahankan laju apresiasi mata uangnya, mengurungkan stimulus akibat risiko inflasi mengekang ruang lingkup untuk menghidupkan kembali ekonomi yang menyusut.

Bisnis.com, SINGAPURA - Bank sentral Singapura mempertahankan laju apresiasi mata uangnya, mengurungkan stimulus akibat risiko inflasi mengekang ruang lingkup untuk menghidupkan kembali ekonomi yang menyusut.

Departemen Perdagangan Singapura hari ini Senin (14/10/2013) menyatakan produk domestik bruto jatuh 1% dalam 3 bulan hingga September dari kuartal sebelumnya. Median dalam survei Bloomberg News dari 13 ekonom menunjukkan kontraksi 4%. Bank sentral , yang menggunakan dolar Singapura untuk mengelola inflasi, mengatakan akan mempertahankan apresiasi sederhana dan bertahap dari mata uangnya.

Singapura telah menolak pelonggaran moneter sejak Oktober 2011 karena pasar tenaga kerja yang ketat dan rekor harga rumah yang memicu tekanan inflasi.

Dana Moneter Internasional telah memangkas outlook global untuk tahun ini dan berikutnya sebagai akibat arus keluar modal menambah risiko pada pasar negara berkembang , dan pembuat kebijakan di seluruh dunia yang melihat resolusi pada kebuntuan kebijakan fiskal AS yang mengancam perekonomian dunia .

"Fokus dari kebijakan nilai tukar masih pada inflasi ketimbang pertumbuhan," kata Irvin Seah , ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura, sebelum laporan tersebut dirilis. "Tekanan inflasi domestik tetap tinggi . Biaya usaha masih meningkat dan pasar tenaga kerja masih ketat."

Dolar Singapura sedikit berubah pada level Sin$ 1,2458 terhadap mitra dolar AS pada pukul 08:13 waktu setempat hari ini. Mata uang Singapura telah melemah sekitar 2% sepanjang tahun ini.

Otoritas Moneter Singapura telah diperkirakan oleh 19 dari 21 analis bahwa institusi itu akan menjaga sikap periode apresiasi "sederhana dan bertahap " dalam dolar Singapura dan menahan diri dari menyesuaikan band perdagangan hari ini. Pada review terakhir pada bulan April , ia terjebak dengan kebijakan yang memungkinkan keuntungan bertahap dolarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul-nonaktif
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper