Bisnis.com, NUSA DUA—Isu pembangunan berkelanjutan pada sektor pariwisata menjadi salah satu agenda kunci yang mendapat perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada rangkaian acara jelang APEC Leaders Summit 2013 di Bali, Minggu (6/10/2013).
Presiden menyampaikan ajakannya pada anggota APEC yang lain untuk terus memperjuangkan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam hal lingkungan hidup. Terlebih karena kawasan Asia Pasifik sangat rentan terhadap bencana alam.
Menghadiri forum internasional Tri Hita Karana di BNDCC 1 selepas pembukaan forum APEC CEO Summit, SBY mengungkapkan perhatiannya terhadap langkah-langkah penanggulangan masalah lingkungan global.
“Konsep Tri Hita Karana mengakar dari filosofi Bali, yang menekankan pada hubungan superior antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesamanya. Ketiganya akan menghasilkan kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia,” jelasnya tentang konsep dari konferensi tersebut.
Seiring dengan semakin pesatnya peradaban manusia, dampak merusak terhadap biodiversitas, air bersih, dan akses pangan kian nyata.
Presiden mengatakan 1 dari 8 warga dunia saat ini mengalami kelaparan dan tidak memiliki energi untuk menjalani kehidupan yang produktif.
Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia selaku raksasa ekonomi Asia Tenggara harus meninjau kembali pola konsumsinya, seperti ketergantungannya terhadap bahan bakar berbasis fosil. Indonesia harus menerapkan pembangunan yang tidak merusak lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap bumi.
“Kita harus memikirkan bagaimana mencapai kebutuhan energi. Sebanyak 2 miliar orang diprediksi akan memasuki kelas menengah pada 2030. Mereka akan membutuhkan lebih banyak bahan pangan, dan diprediksi pada kebutuhan bahan bakar akan mencapai 40% dari perekonomian global pada 2020,” jelas SBY.