Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi (Pasti) Calon Presiden PDI-P: Getaran Itu Strategi

Bisnis.com, JAKARTA - Nama Joko Widodo atau yang populer dengan panggilan Jokowi –mantan Walikota Solo— naik daun seperti saat dia akan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kini, namanya, disebut-sebut bahkan sudah banyak yang mengusung, dicalonkan menjadi Presiden Indonesia di Pemilu 2014. Mungkinkah?

Mungkin saja. Bahkan, kita bisa pastikan, PDI-Perjuangan akan menjadikan Jokowi kandidat presiden. Siapa lagi jika bukan Jokowi, baik untuk mengkatrol suara di pemilu legislatif maupun Pilpres 2014? Apalagi, non-Jawa, pun begitu gandrung dengan namanya, dengan sosoknya yang pro rakyat, merakyat.

Berbagai aksi pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961,–bersama Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama atau Ahok—menimbulkan simpati banyak orang. Terutama aksinya yang paling populer: Blusukan.

Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri megatakan:“Getaran Soekarno dirasakan Jokowi…” Orang pun semakin tergila-gila: Jokowi for President…” Teriak simpatisan PDI-P usai pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) III PDI-P 2013 di Eco Park Convention, Ancol, Jakarta Utara (6/9/2013). Bahkan sejumlah DPD pun ngebet, tidak mau bersabar. Semua mencalonkan Jokowi.

Megawati pun sudah memberi sinyal jelas. Terutama soal regenerasi di tubuh PDI-P. Memang, semua itu, masih bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang mengatakan itulah fakta: Jokowi calon Presiden dari PDI-P. Namun, tidak sedikit yang menafsirkan berbeda. “Megawati belum rela dirinya mundur dari petarungan menuju Indonesia I…”

Jokowi sudah diusung oleh hasil survey. Hampir semua hasil survey menetapkan: Jokowi bercokol di papan atas. Menyingkirkan tokoh yang lebih getol mau jadi Indonesia Satu.

Ini seperti menjelang putaran kedua, berbagai survei  memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh SSSG,72,48% melawan 27,52% oleh INES,  45,13% melawan 37,53% dalam survei elektabilitas oleh IndoBarometer,  45,6% melawan 44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.

Terbukti memang. Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Wibowo-Nachrowi Ramli  mendapat 46,19%.Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%,dan lima stasiun TV.Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%,Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%.Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Wibowo-Prijanto.

Apalagi, sampai hari ini, kita belum mendengar Jokowi menegaskan” “Saya tidak akan mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia 2014-2019 dalam Pemlihan Presiden 2014…”. Jokowi hanya mengatakan: “Kalau soal Jakarta, tanya saya. Soal politik, tanya Ketua Umum PDI-P…” Atau “Saya belum mikir…” Harus diingat, pernyataan Jokowi  itu bukan berarti dia tidak bersedia dicalonkan menjadi RI-1, bukan?

Bahkan Megawati Soekarnoputri sendiri pun  serupa. Pernah Anda mendengar Megawati menolak pencalonan Jokowi dengan mengatakan: ”PDI-P tidak akan mencalonkan Jokowi di Pilpres 2014...” Megawati hanya mengatakan, nama calon presiden PDI-P usai pemilihan umum legislatif.

Bisa jadi, PDI-P (hanya) akan memainkan sosok Jokowi --saat ini hingga pemilu legislatif-- untuk mengejar target 20%-25% kursi di legislatif pada Pemilu Ligislatif 2014. Ini sebuah senjata ampuh. Kendati, Jokowi sendiri kurang ampuh, tidak mampu menggolkan beberapa tokoh-tokoh PDI-P yang ikut bertarung di Pilkada a.l. Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan. Kandidat gubernur PDI-P tersungkur, kalah.

Tidak mudah bagi Mgeawati melepaskan ‘trah’ Soekarno menjadi pemimpin di negeri ini. Saat hendak maju ke Pilkada DKI, itupun terlihat. Lampu hijau pengajuan nama Jokowi oleh PDIP dan Gerindra berawal ketika Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Kamis (15/3), di Kantor DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta.

Nama Jokowi diusulkan hampir seluruh kader PDIP Jakarta yang menggelar Rapat Koordinasi Daerah Khusus PDIP Jakarta. "Sekjen dan Ketua DPD PDIP Jakarta sudah memastikan Pak Jokowi. Itu berarti sudah sesuai dengan arahan Ibu Megawati," tandas Wakil Ketua DPD PDIP Prasetyo Edi Marsudi.

Namun, itu pun ditampik banyak orang. Bagi Megawati, regenerasi kepemimpinan adalah harga mati. Megawati sudah menyadari dikaitkan dengan hasil pemilu 2004 dan 2009. PDI-P terpuruk.

Ada ketakutan munculnya serangan atau kampanye hitam jika Jokowi dicalonkan PDI-P pada saat ini? Jika penetapan Jokowi calon presiden PDI-P maju, akan  menjadi lawan berat bagi calon lainnya, siapa pun. Kondisi itu akan membuat ‘meriam’ dari kandidat presiden lainnya: akan diarahkan kepada Jokowi. Sejujurnya, itu  wajar-wajar saja. Jokowi sendiri mengakui  dirinya mendapat tekanan dari berbagai pihak saat jelang Pilkada DKI tempo hari. Bahkan, ada beberapa tekanan yang di luar batas kewajaran. “Dikepung iya, dilingkari iya, dikeroyok iya. Ada yang wajar, ada yang tidak wajar,” kata Jokowi.

Jadi, saat ini, tepatnya, Jokowi tengah menjalani proses ‘penjadian' oleh Megawati. Proses ini harus dilakukan secara hati-hati. Terlebih jika dikaitan dengan PDIP yang dikenal dan dibesarkan oleh nama besar  Soekarno. Lebih spesifik lagi, Megawati menyatakan PDIP sadar-sesadarnya untuk bisa memunculkan seorang calon presiden, mereka harus mampu memenuhi syarat-syarat konstitusional. Pernyataan Megawati itu merujuk pada pemenuhan presidential threshold di parlemen agar bisa mengajukan capres sendiri.

“Tidak akan pernah ada calon presiden PDI Perjuangan kecuali kami bisa mengamankan 20% kursi atau 25% di DPR RI. Inilah prioritas kami saat sekarang," ujar  Megawati dalam pidato yang ditayangkang langsung oleh satu stasiun televisi. Jadi, pesan soal getaran dan kandidat presiden PDI-P soal strategi semata.

Maruara SIrait mengatakan: Tahun depan PDI-P tidak mau lagi jadi partai oposisi, karena potensi mendulang suara  besar. “Lihat, baru kali ini dari hasil survey mengungkapkan dua tokoh calon predisen dari satu partai hasil surveinya tinggi..”

“Dari rahim cinta kasih PDIP telah lahir deretan tokoh muda potensial…yang kalau dipimpin mereka, masa depan Indonesia akan lebih baik,” kata Megawati dan nama Jokowi disebutkan paling awal. "Merenung sejenak, nasibnya Bung Karno, saya rasakan Pak Jokowi, beliau, mendapatkan getaran itu," kata Megawati dalam Rakernas, di Ancol, Jakarta, Jumat (6/9/2013). Masih kurang?


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper