Bisnis.com, JAKARTA—Wartawan asing yang menjalani tugas jurnalistik kini berada di bawah serangan di Mesir.
Mereka digadang-gadang membuat berita bohong dan mengabaikan fakta-fakta yang terjadi sebenarnya di negeri Piramida itu.
Banyak diantaranya yang ditahan, diserang, dan bahkan beberapa di antaranya dibunuh.
Layanan Informasi Negara Mesir sebelumnya telah merilis pernyataan yang ditujukan kepada para wartawan, Sabtu (17/8).
Pernyataan itu merinci terhadap sesuatu yang dianggap oleh mereka sebagai berita pembohongan.
"Laporan media telah menjauhi sisi objektivitas dan netralitas. Hal ini mengarah kepada gambaran [peristiwa di Mesir] yang menyimpang sangat jauh dari kenyataan," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Menurut pernyataan itu, Mesir kini merasakan kepahitan yang begitu mendalam akibat sejumlah hasil liputan media-media barat yang penuh dengan kebohongan.
Mereka menyebar berita kebohongan mengenai Ikwanul Muslimin (IM) dan mengabaikan berita tentang aksi penumpasan terhadap kekerasan dan teror yang dilakukan oleh kelompok itu.
Kritik terhadap wartawan asing itu pun beriringan dengan meningkatnya serangan terhadap kaum wartawan di Kairo.
Sejumlah wartawan banyak yang sudah diancam maupun ditahan oleh pasukan keamanan belakangan ini.
Sejak dilakukan perintah pembubaran terhadap aksi duduk anti-kudeta, pemerintah resmi sementara dan juga Panglima Militer Jenderal Angkatan Darat Abdel Fattah el-Sisi telah mencap media-media internasional sebagai ‘musuh rakyat Mesir’, terutama media Barat.
Tidak hanya media Barat, bahkan media asal Timur Tengah seperti Al Jazeera, pun tak laput turut disebut di dalamnya.
Media-media tersebut dituduh membesar-besarkan berita dan berbohong besar.
Seperti dikutip media Al Jazeera, pemerintahan sementara Mesir pada Minggu (18/8), mengatakan akan meninjau kembali status hukum Al Jazeera.
Media asal Qatar tersebut dituding membuat berita bohong yang berlawanan dengan apa yang sesungguhnya terjadi di Mesir.
Pemerintah menyiapkan presentasi kepada media asing. Mereka ingin menunjukkan bahwa apa yang mereka lihat adalah para demonstran yang dipersenjatai.
Berita yang menyebutkan bahwa telah terjadi adanya pembunuhan terhadap ratusan demonstran, Rabu (14/8) disebut sebagai berita yang melebih-lebihkan.
Hal itu menyulut gelombang kecaman dari saluran televisi lokal terhadap media asing.
Akibatnya, terciptalah lingkungan kerja yang bermusuhan dimana para wartawan dilecehkan di jalan-jalan.
Apalagi dalam sejumlah kasus lainnya para pencari berita pun ditahan oleh pihak berwenang saat mencoba melaporkan peristiwa di lapangan.
Namun sementara ini berbagai kritikan itu telah ditujukan kepada pers asing. Pemerintah tidak mengatakan apapun mengenai laporan media lokal.
Kancah media lokal telah didominasi oleh satu kisah narasi. Ketika yang lainnya mendapatkan penyerangan, ada semacam persamaan terhadap era Mubarak ketika tidak ada pers yang bebas untuk berbicara.
Para penguasa mengatakan mereka sedang memimpin negara dalam sebuah aksi menuju arah demokrasi.
Jadi, seberapa akuratkah tuduhan terhadap media asing yang diduga menyebarkan berita bohong di Mesir ini? (ra)