Bisnis.com, KAIRO - Ikhwanul Muslimin Mesir berisiko terkena penghapusan politik, karena pemerintahan baru Mesir yang didukung militer mengancam untuk melarang organisasi Islam itu setelah meluncurkan tindakan keras sengit pada pendukungnya yang telah menewaskan ratusan orang.
Berjuang untuk otoritas pada Mesir menyusul tersingkirnya bulan Presiden Mohamed Mursi pada bulan lalu, penguasa baru negara itu telah menaikkan retorika, mengatakan negara yang paling padat penduduknya di dunia Arab itu sedang berperang dengan terorisme.
Lebih dari 700 orang tewas, sebagian besar dari mereka pendukung Mursi, dalam empat hari kekerasan. Yang telah menerima kecaman keras dari negara-negara Barat, tidak nyaman dengan aturan Islam, tetapi juga dengan penggulingan pemerintahan terpilih (Moursi).
Menyalahkan Ikhwanul menantang untuk pertumpahan darah, Perdana Menteri Mesir Hazem el-Beblawi mengusulkan membubarkan kelompok dalam sebuah langkah yang akan memaksa bawah tanah dan bisa mengantarkan penangkapan massal para anggotanya. Pemerintah mengatakan pihaknya sedang mempelajari kemungkinan.
"Tidak akan ada rekonsiliasi dengan mereka yang tangannya telah berlumuran darah dan yang berbalik senjata terhadap negara dan lembaga-lembaganya," kata Beblawi..
Sebuah pernyataan dari PBB mengatakan Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon mengutuk serangan terhadap gereja-gereja, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya dan menyerukan kedua belah pihak untuk menyelesaikan kekerasan.