BISNIS.COM, WASHINGTON—Kementerian Luar Negeri AS menyatakan penggunaan senjata kimia oleh angkatan bersenjata Suriah dan keterlibatan gerilyawan Hizbullah menunjukkan kurangnya komitmen Presiden Bashar al-Assad untuk bernegosiasi dan mengancam penyelesaian politik keluar dari jangkauan.
Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan tersebut setelah Menteri Luar Negeri John Kerry berbicara dengan Menteri Luar Negeri Irak.
"Menteri menegaskan kembali bahwa AS terus bekerja secara agresif untuk solusi penyelesaian politik dengan tujuan pertemuan konferensi Jenewa kedua, tetapi penggunaan senjata kimia dan meningkatnya keterlibatan Hizbullah menunjukkan kurangnya komitmen rezim [Assad] dalam bernegosiasi dan mengancam penyelesain solusi politik," tegasnya, Jumat (15/6/2013).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan setiap upaya untuk menegakkan zona larangan terbang di atas Suriah dengan menggunakan pesawat tempur F16 dan rudal Pratiot dari Jordania akan melanggar hukum internasional.
Rusia, yang telah melindungi Presiden Bashar al-Assad dari tiga resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB atas upaya penekanan pengakhiran kekerasan, dengan tegas menentang intervensi campur tangan militer asing dalam konflik Suriah.
"Ada kebocoran dari media Barat berkaitan dengan pertimbangan serius untuk menciptakan zona larangan terbang di atas Suriah melalui penyebaran rudal anti pesawat Patriot dan jet F16 di Jordania," tegas Sergei.
"Anda tidak harus menjadi pakar yang hebat untuk memahami bahwa hal seperti ini melanggar hukum internasional," tutupnya.