BISNIS.COM, JAKARTA—Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi mengatakan kemenangan Ganjar Pranowo dalam pilkada Jawa Tengah menunjukkan masyarkat rindu pada tokoh alternatif selain faktor sentimen politik.
Menurut Kristiadi kemenangan Ganjar hampir sama dengan kemenangan Megawati Sukarnoputri di akhir era Orde Baru.
Dalam kontesk persaingan antara incumbent Bibit Waluyo, Ganjar dinilai masyarakat sebagai tokoh yang dizalimi dan mampu menuai simpati publik dengan dukungan mesin politik yang sangat efektif.
“Saya kira ada pelajaran bahwa menjadi oposisi tak harus jadi pencundang. Ada mesin partai yang bergerak dan secara spektakuler memenangkan pertarungan,” ujarnya.
Bahkan peneliti senior tersebut menyatakan bahwa PDIP memang lebih cocok sebagai oposisi, namun tidak punya kemampuan untuk mempertahankan kemenangan.
Dia mencontohkan bagaimana PDIP mampu meraih simpati publik pada 1998, namun gagal mempertahankan kemanagngan pada pemilu berikutnya. Namun demikian Krsitiadi mengharapkan hal yang sama tidak terjadi pada Ganjar.
Pada bagian lain Kritisadi juga mengatakan adanya tren selera publik yang bergeser pada tokoh muda dan alternatif. Dia menilai Ganjar tampil lebih simpatik sehingga publik cenderung menjatuhkabn pilihan pada dirinya.
Ganjar dan pasangannya Heru Sudjatmoko yang diusung PDIP unggul berdasarkan hitungan sementara beberapa lembaga survei.
Hasil quick count Saiful Mujani Research Consulting, Ganjar-Heru mendapat 49,93% suara. Pasangan itu juga unggul dalam perolehan sementara yang diinformasikan oleh Komisi Pemilihan Umum Jateng.
Berada di urutan kedua, Bibit Waluyo-Sudijo Sastro Atmojo. Pasangan itu diusung Partai Demokrat, PAN, dan Partai Golkar.
Adapun pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono berada di urutan ketiga. Pasangan tersebut diusung enam parpol, yakni PPP, PKS, Gerindra, Hanura, PKB, dan PKNU. (ra)