BISNIS.COM, WASHINGTON -- Sekretaris Negara Amerika Serikat John Kerry akan menunjuk utusan khusus baru ke Sudan dan Sudan Selatan.
Keputusan tersebut diambil setelah terjadi sengketa pendapatan minyak di antara kedua negara yang baru berpisah tersebut. Sengketa itu nyaris membawa mereka pada perang tahun lalu.
Dalam konferensi pers di Addis Ababa, Ethiopia pada Sabtu (25/5/2013), Kerry menjelaskan perseteruan tersebut melibatkan permasalahan perbatasan dan juga masalah lain yang berhubungan dengan hukum sekuler dan Islam. Dia juga menyinggung soal referendum akan status wilayah sengketa Abyei.
Sudan Selatan memisahkan diri pada 2011. Sebagian besar wilayah Sudan yang mengandung minyak terletak di Selatan. Ketidaksepakatan tentang pembagian laba minyak mentah—yang dialirkan ke utara melalui jalur pipa—berakibat pada ditutupnya produksi minyak selama 15 bulan sebelum dibuka kembali bulan lalu.
Kedua negara juga telah menyebarkan pasukan di wilayah perbatasan. Mereka saling menuding bahwa masing-masing menyokong kegiatan pemberontak.
Kerry—yang menghadiri perayaan 50 tahun Uni Afrika di Ibu Kota Ethiopia—juga dijadwalkan bertemu Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan Menteri Luar Negeri Sudan Ali Karti.
Dalam kunjungannya, Kerry juga mendesak Nigeria untuk lebih menghormati Hak Asasi Manusia dalam perlawanan terhadap pergerakan militan Boko Haram Islamic.
“Kami sepenuhnya membela hak Pemerintah Negara dalam mempertahankan diri dan menyerang teroris,” ujar Kerry. Namun, dia meperingatkan agar tentara Nigeria tidak melanggara HAM memerangi Boko Haram. (dot)