BISNIS.COM, JAKARTA--Meluasnya tingkat sebaran latar belakang calon presiden Indonesia akan semakin menyehatkan demokrasi karena masyarakat kian memiliki banyak pilihan.
Demikan dikemukakan oleh Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens dalam acara diskusi bertema "Hitam-putih Capres 2014: Siapa pantas, siapa tidak?", Kamis (9/5/2013).
Selain Boni dan Peneliti Senior Public Institute, Karyono Wibowo , turut jadi pembicara Ketua DPD RI, Irman Gusman, mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Ketiga nama terakhir merupakan tokoh nasional yang telah menyatakan siap untuk berkompetisi pada pemilihan presiden 2014.
"Dengan meluasnya sebaran ini kita berharap masyarakat menjadi subjek atas pilihan politiknya sendiri sehingga demokrasi semakin sehat," ujarnya.
Menurut Boni, sebaran latar belakang figur capres tersebut adalah terkait ideologi, sosio-ekonomi, rekam jejak, dan kepribadian.
Boni menyebutkan dalam demokrasi yang sesungguhnya masyarakat harus punya pilihan yang beragam atas pilihan politiknya dengan referensi yang beragam pula atas latar belakang seorang capres.
Dengan demikian, dia menegaskan bahwa pilihan masyarakat tersebut tidak boleh didominasi oleh pembentukan opini yang bersifat kuantitatif agar diperoleh pemimpin yang baik.
Menurutnya, dalam pemilihan presiden, masyarakat seharusnya lebih mempertimbangkan para calon presiden dari aspek kualitatif.
Populer dan punya modal kuat saja, ujarnya, tidak menjamin seorang pemimpin akan berhasil mensejahterakan rakyatnya.
"Masyarakat tidak boleh didominasi oleh pembentukan opini atas seorang capres secara kuantitatif. Masyarakat harusnya lebih terfokus pada kualitas figur, bukan popularitas dan modal kapital," ujarnya. (ra)