BISNIS.COM, PEKANBARU-- Minimnya event nasional berimbas pada penurunan tingkat penghunian hotel berbintang di Provinsi Riau.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Riau Ondi Sukmara mengatakan rendahnya tingkat okupansi mulai tampak sejak awal tahun ini.
"Awal tahun ini tidak ada event nasional yang diselenggarakan di Riau, jadi tingkat hunian memang sedang rendah-rendahnya," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (3/5/2013).
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat okupansi hotel berbintang di Riau pada Periode Januari--Maret 2013 hanya mencapai 38,25%. Angka tersebut anjlok 9,23% dibandingkan dengan tingkat hunian di periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara nasional, okupansi hotel berbintang di Riau bulan Maret menduduki urutan keenam terendah di Indonesia. Adapun tingkat penghunian terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tingkat okupansi mencapai 43,61%.
Ondi menambahkan muramnya bisnis perhotelan di kuartal pertama tahun ini juga disebabkan oleh lesunya bisnis perkebunan. Menurutnya, pelarangan pembukaan hutan untuk bisnis perkebunan membuat para pemodal mengalihkan invetasinya ke daerah lain.
"Para pengusaha perkebunan yang dulu membidik Riau sebagai daerah investasi mulai berpindah ke beberapa daerah seperti Samarinda dan Balikpapan. Mencari lahan baru untuk perkebunan di Riau semakin susah," ungkapnya.
Faktor lain yang dinilai Ondi menjadi penyebab rendahnya tingkat okupansi adalah masih barunya bisnis perhotelan di Riau. Menurutnya, sistem pemasaran hotel berbintang di Riau belum berjalan secara baik.
"Banyak hotel di Riau kan baru, jadi belum memiliki pelanggan tetap. Sistem pemasaran mereka juga belum berjalan dengan baik," terangnya.
Meski secara year-on-year tingkat hunian hotel berbintang di Riau mengalami penurunan, tetapi tingkat okupansi secara month-to-month berhasil tumbuh tipis 0,27%. Pada Februari 2013, tingkat hunian hotel di Riau berada di level 37,99%.
Ondi optimistis trend peningkatan okupansi bakal berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Pasalnya, anggaran negara untuk perjalanan dinas sudah keluar.
“April ini tingkat hunian sudah mulai menggeliat, bulan lalu saja okupansi naik 10% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peak season di Riau itu terjadi pada bulan Mei hingga Juli, okupansi di periode tersebut bisa mencapai 70%,” terangnya.
Pertumbuhan okupansi (month-to-month) sejalan dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Riau. Pada Maret 2013 tercatat 2.039 wisman masuk melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II, naik 3,92% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 1962 wisman.
Adapun secara kuartalan, jumlah wisman yang masuk ke Riau pada periode Januari--Maret 2013 mencapai 5.551 orang. Jumlah tersebut meningkat 6,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 5.227 orang.