BISNIS.COM,JAKARTA—Kendati Daftar Caleg Sementara (DCS) untuk Pemilu Legislatif 2014 telah diserahkan partai politik peserta pemilu kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), tetapi jangan berharap ada perbaikan kualitas DPR ke depan.
Demikian dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yudha saat dihubungi lewat telepon selularnya, Kamis (24/4).
Menurutnya, pesimisme terhadap perbaikan kualitas anggota DPR tidak terlepas dari rendahnya komitmen partai politik itu sendiri untuk memperbaiki kualitas kadernya.
“Seharusnya parpol serius dalam mencari figur yang punya integritas dan kapasitas, bukan hanya popularitas,” tegasnya.
Hanta menilai kurangnya komitmen parpol untuk memperbaiki kualitas kadernya di DPR juga terlihat dari banyaknya muncul nama-nama yang hanya mengandalkan modal kapital selain popularitas.
Menurut Hanta, dengan terjebaknya paprol memilih caleg dari kalangan berduit dan populer dikhawatirkan akan terjadi penurunan tajam atas kualitas anggoat DPR periode 2014-2019.
Apalagi, ujarnya motivasi utama mereka maju ke DCS tidak lagi memperjuangkan aspirasi masyarakat yang seharusnya menjadi tujuan utama.
Dia mencontohkan salah satu nama seperti Edhie Baskoro Yudhoyono yang sebelumnya mundur darui DPR karena ingin serius bekerja untuk partai sebagai Sekjen Partai Demokrat.
Namun, atas kebijakan DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro, yang akrab disapa Ibas, kembali maju jadi caleg dengan tujuan sebagai penarik suara (vote getter).
“Partai lebih memilih meraup suara sebanyak-banyaknya melalui vote getter ketimbang memperbaiki kualitas calon anggota legislatifnya,” ujar Hanta kepada Bisnis.
Hanta juga melihat banyak anggota DPR yang terlibat kasus korupsi dan diketahui bolos dalam berbagai kesempatan rapat masih maju lagi dalam DCS.
"Kontrol terhadap disiplin atau tingkat kehadiran mereka perlu ditingkatkan. Itu harus kita dorong. Kalau berharap dari nama-nama yang ada, itu agak sulit. Itu merupakan dampak dari mampetnya regenerasi kader partai," ujarnya.
Dia menambahkan tidak hanya di legislatif ada nama yang itu-itu saja melain juga di tingkat capres.
“Ini saya khawatir, publik tidak mendapat harapan baru untuk mewakili aspirasi mereka ke depan," ujarnya.