Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BOM BOSTON: Militan Rusia Nyatakan Tak Perangi AS

BISNIS.COM, MOSKOW-Kelompok militan yang memerangi Rusia mengatakan, Minggu, mereka tidak dalam keadaan perang dengan AS, dalam sebuah pernyataan yang menjauhkan diri dari serangan bom pada Marathon Boston pekan lalu yang menewaskan tiga orang dan mencederai

BISNIS.COM, MOSKOW-Kelompok militan yang memerangi Rusia mengatakan, Minggu, mereka tidak dalam keadaan perang dengan AS, dalam sebuah pernyataan yang menjauhkan diri dari serangan bom pada Marathon Boston pekan lalu yang menewaskan tiga orang dan mencederai sekitar 180.

Tamerlan Tsarnaev, warga keturunan Chechnya yang berusia 26 tahun, tewas ditembak oleh polisi AS setelah perburuan yang menutup wilayah Boston pada Jumat, dan adiknya, Djokhar (19), dituduh melakukan serangan itu.

Lawatan Tamerlan Tsarnaev ke wilayah bergolak Kaukasus Utara Rusia tahun lalu menimbulkan kecurigaan bahwa ia mungkin melakukan kontak dengan kelompok-kelompok militan yang berjuang untuk mendirikan sebuah negara Islam.

Sebuah peryataan dari kelompok militan yang beroperasi di Dagestan, dimana kakak-beradik penyerang bom Boston itu dibesarkan ketika masih anak-anak, mengatakan bahwa Emirat Kaukasus pimpinan Doku Umarov, tokoh yang paling diburu di Rusia, tidak menyerang AS. "Kami berperang dengan Rusia, yang bertanggung jawab tidak saja atas pendudukan Kaukasus namun juga kejahatan keji terhadap muslim," kata pernyataan itu.

Pernyataan itu juga menyinggung-nyinggung sebuah video Umarov sebelumnya yang memerintahkan penghentian serangan terhadap warga sipil di Rusia.
"Bahkan pada musuh kami, pemerintah Rusia, yang diperangi Emirat Kaukasus, perintah dari Emir Kaukasus Doku Umarov tetap sah, melarang serangan terhadap sasaran sipil," kata pernyataan itu.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya. Kekerasan dari Chechnya itu bahkan meluas ke Moskow.

Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari 2011.

Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu, Dmitry Medvedev, memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.

Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.

Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.

AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.

Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari 2011, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei 2011 ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum syariah.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.(antara/reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper