BISNIS.COM, BANDUNG--Perusahaan tekstil nonwoven PT Superbtex 2 berhasil mengolah limbah padat dari garmen hingga 20 ton per hari menjadi bahan baku produk ekonomis bernama thermo bonded felt.
Thermo bonded felt adalah bahan yang dapat berfungsi sebagai pengganti busa jok mobil, atau lapisan seperti dinding mobil dengan harga lebih murah dari bahan busa.
General Manager PT Superbtex 2 Novi Loe mengatakan bahan baku yang dihasilkan selanjutnya dipasarkan hingga ke luar negeri. Adapun pabriknya berlokasi di Jalan Bandung-Garut KM20,5 Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
“Aktivitas produksi ini telah berdiri sejak tiga tahun lalu, berkat kreativitas manajemen yang menginginkan adanya inovasi yang menciptakan green business,” katanya kepada Bisnis, Kamis (4/4/2013).
Novi menjelaskan bahan baku didapat dari garmen di Bandung dan beberapa daerah lain, dan pengolahannya menggunakan dua line a.l tearing line dan nonwoven line.
Tearing line merupakan line produksi yang bertujuan untuk membuat dan menghasilkan produk akhir berupa bahan baku yang didapat dari majun [kain sisa produksi pakaian].
“Majun ini terlebih dahulu dipisahkan menurut jenisnya, dan dibersihkan oleh mesin untuk proses selanjutnya. Dari majun tersebut nantinya akan dihasilkan kapas,” papar Novi.
Selanjutnya, katanya, kapas yang sudah diproduksi dari line pertama kembali diolah oleh mesin nonwoven menjadi bahan baku bernama thremobonded felt yang aman terhadap lingkungan dan mengurangi pemanasan global.
Novi menjelaskan thtemobonded felt dijual dengan harga Rp33.000 per kilogram. Menurutnya, pemasaran bahan baku sudah dilakukan ke sejumlah wilayah di Indonesia terutama dalam menyuplai ke industri otomotif.
“Kami sudah menyuplai bahan baku ke Daihatsu dan Toyota untuk keperluan peredam pada kendaraan. Dalam sebulan, kami menyuplai bahan baku sebanyak 300 ton,” jelasnya.
Dari jumlah 300 ton, lanjutnya, sebanyak 10% bahan baku disuplai ke beberapa negara a.l Malaysia dan Jepang.
Bahan baku tersebut menjadi bahan utama yang digunakan sebagai isi bantal, kasur, jok sepeda motor dan roda empat, sarung, serta penghapus billboard.
“Selain itu juga bahan baku digunakan untuk insulasi atap, insulasi dinding, peredam panas, peredam suara,dan insulasi otomotif,” ujarnya.
Sementara itu, Sales Marketing PT Superbtex 2 Audy Tanhati menambahkan pada awal melakukan produksi tiga tahun lalu pihaknya masih kesulitan dalam pemasaran karena paradigm masyarakat dan perusahaan membeli barang bekas masih kurang.
Padahal, katanya, recycle barang bekas tersebut sangat aman dan nyaman untuk digunakan serta berdampak baik bagi lingkungan.
“Awal-awal kami sulit untuk memasarkan produk. Namun lambat laun akhirnya produk kami lumayan diterima oleh beberapa perusahaan dan masyarakat,” katanya.
Dia menjelaskan aktivitas produksi recycle sisa majun PT Superbtex merupakan satu-satunya di Indonesia. “Kalaupun ada perusahaan tersebut memproduksi bahan baku yang tipis sekitar 2 cm. Kalau di sini ketebalan baku bisa mencapai 20 cm,” katanya.
“Bahan baku sisa majun ini di Amerika dan Eropa sudah favorit. Karena jika bahan baku dibuat dari serat fiberglass bisa menimbulkan gatal dan tidak baik untuk kesehatan bisa menimbulkan kanker.”
Selain memproduksi bahan baku, pihaknya juga memproduksi kasur , karpet, dan alat peredam dinding. Namun, masih dalam jumlah sedikit.
Audy menjelaskan dalam menjalankan aktivitas produksi pihaknya memperkerjakan sebanyak 50 karyawan.
“Untuk risiko produksi justru sangat minim karena mesin khusus didapat dari Prancis sehingga bisa mengantisipasi kebakaran.”
Menurutnya, mesin dari Prancis memiliki kelebihan karena keamanannya yang terjamin. “Pada mesin sudah ada alat pemadam kebakaran otomatis. Sehingga kalau terjadi kebakaran langsung menyemprot,” katanya.
Selain menggunakan mesin dari Prancis, lanjutnya, bahan bakar yang digunakan untuk aktivitas produksi menggunakan elpiji dan listrik sehingga ramah lingkungan.(k29/k32/yop) Foto: Ilustrasi