Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Khaled Meshaal Terpilih Kembali Sebagai Kepala Gerakan Hamas

BISNIS.COM, GAZA CITY, Wilayah Palestina-- Terpilihnya kembali Khaled Meshaal sebagai kepala gerakan Hamas yang dikonfirmasi secara resmi pada Selasa, mengundang sambutan dari gerakan Fatah yang memerintah Tepi Barat. Terpilihnya kembali tokoh karismatik

BISNIS.COM, GAZA CITY, Wilayah Palestina-- Terpilihnya kembali Khaled Meshaal sebagai kepala gerakan Hamas yang dikonfirmasi secara resmi pada Selasa, mengundang sambutan dari gerakan Fatah yang memerintah Tepi Barat.

Terpilihnya kembali tokoh karismatik yang berusia 56 tahun itu sebagai ketua gerakan Islam Palestina yang memerintah Gaza dipandang luas sebagai kemenangan mudah, dengan mandat barunya yang diperoleh lewat pemungutan sura di Kairo Senin malam.

"Dewan Syura mengadakan sidang di Kairo untuk memilih seorang pemimpin dan para anggota biro politik," menurut satu pernyataan Hamas.

Kempemimpinan gerakan itu "memperbarui kepercayaan atas biro politik yang diketuai oleh Khaled Meshaal," dalam pemungutan suara Dewan Syura yang beranggota pemimpin Hamas dari Gaza, Tepi Barat dan luar negeri, Senin malam, kata pernyataan itu.

Sejumlah pejabat yang tak mau disebutkan nama-namanya memberitahu AFP Senin malam bahwa Meshaal terpilih kembali.

Tepilihnya kembali Meshaal disambut baik sebagai langkah positif oleh anggota senior gerakan Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas.

"Meshaal adalah seorang pragmatis dan mungkin lebih lunak daripada yang lainya di Hamas," kata Mahmud Alul, anggota Komite Sentral Fatah, kepada radio Suara Palestina.

"Ini bisa membantu...untuk mencapai rekonsiliasi," katanya, merujuk kepada usaha-usaha untuk menjembatani persaingan antara dua gerakan nasional Palestina yang berlangsung bertahun-tahun.

"Semua yang kami inginkan ialah gerakan yang mampu memimpin Hamas. Perlu kepemimpinan yang dapat memberlakukan keinginan politik -- satu pendekatan dan bukan yang berseberangan -- khususnya dalam kaitan dengan rekonsiliasi dan hal-hal lain terkait dengan Palestina," katanya.

Belum ada reaksi resmi dari Israel atas terpilihnya kembali Meshaal walaupun radio publik melukiskan dia sebagai "tokoh pragmatis dan karismatik," dengan mengatakan dia mewakili "intisari Hamas dengan wajah Barat." Dalam beberapa tahun terakhir, Meshaal telah memodifikasi posisinya dengan menerima secara implisit satu negara Palestina bersama Israel, walaupun negara Yahudi itu menjaga jarak.

Menyusul spekulasi ia akan dimundurkan oleh kepemimpinan di Gaza, Meshaal sendiri mengatakan tahun lalu dia tak berniat untuk terpilih kembali.

Tetapi setelah pergolakan regional yang dipicu revolusi Musim Semi Arab 2011, pemikiran beralih, dan Meshaal dipandang orang tepat membawa gerakan itu melalui lingkungan yang berubah cepat karena kontak-kontaknya yang ekstensif di dunia Arab, kata pejabat Hamas yang lain.

Mukhaimer Abu Saada, seorang guru besar di Universitas Al Azhar di Gaza, sependapat.

"Perubahan-perubahan Arab dan regional merupakan alasan fundamental bagi Meshaal mengubah pandangannya tentang pencalonan, dan bagi kemenangannya," katanya kepada AFP.

Sumber-sumber Hamas mengatakan Dewan Syura telah memutuskan memilih dua wakil yang akan bekerja di bawah Meshaal -- Perdana Menteri Gaza Ismail Haniya yang akan bertanggung jawab atas isu-isu dalam teritori Palestina dan Mussa Abu Marzuq yang akan menangani semua isu ekternal.

Meshaal, yang dilahirkan di Tepi Barat lalu mengasingkan diri ketika kanak-kanak, melakukan kunjungan pertama ke Gaza pada Desembner tempat dia menerima sambutan laksana pahlawan ketika dia menghadiri perayaan menandai 25 tahun berdirinya Hamas.

Dia berada di kursi kepemimpinan gerakan itu pada 2004 setelah Israel membunuh pemimpin spiritual Hamas Syeh Ahmad Yasin dan penggantinya Abdelaziz al-Rantissi dalam dua serangan mematikan di Gaza.

Dia sendiri selamat dari usaha-usaha pembunuhan di Jordania tahun 1997 oleh agen Mossad dari Israel yang berusaha meracuninya.

Selama bertahun-tahun Meshaal berpangkalan di Damaskus tetapi tahun lalu ia pindah ke Doha, memutuskan hubungan dengan rezim Presiden Bashar al-Assad yang menumpas pergolakan sejak Maret 2011.

Hamas menjadi sasaran boikot Barat sejak gerakan itu menang dalam pemilihan parlemen Palestina tahun 2006, mengalahkan gerakan Fatah yang telah mendominasi parlemen sejak lama.

Hampir 18 bulan kemudian, percekcokan antara dua kelompok itu meningkat menjadi pertempuran di jalan-jalan Gaza. Kemenangan Hamas mengusir loyalis Fatah dan kemudian menguasai wilayah itu. Walaupun keduanya menandatangani perjanjian persatuan pada April 2011, kenyataannya pakta tersebut rapuh. (msb)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Antara/AFP
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper