SURABAYA:Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) dan Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan mengkritisi kinerja PT Jasa Tirta dalam mengawasi kualitas air Kali Surabaya menyusul kematian ratusan ikan di tempat itu yang terjadi tadi pagi.
Ecoton menilai Jasa Tirta tidak bekerja maksimal di dalam menjaga kualitas air di Kali Surabaya. Padahal saat ini perusahaan tersebut sedang menggodok rencana kenaikan harga bahan baku PDAM yang salah satunya bersumber dari kali tersebut.
"Untuk kesekian kalinya kematian ikan itu terjadi lagi. Fakta riil ini merupakan indikasi kuat, kalau Kali Surabaya sudah overload," kata Prigi Arisandi, Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton), hari ini.
Menurutnya ikan mati massal di Kali Surabaya itu merupakan indikator alami atau biologis, kalau kondisi Kali tersebut sudah mati dan rusak, sehingga mempengaruhi daya tahan dari tubuh ikan. Selain itu, ada dugaan kuat, kematian ikan-ikan itu, karena pencemaran limbah, yang dibuang industri di sepanjang Kali Surabaya, waktu hujan turun dini hari tadi.
Dari penelitian yang dilakukan Ecoton, dipastikan kondisi dan kualitas air di Kali Surabaya sudah tercemar dan tidak layak. Ecoton mendesak Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Jasa Tirta segera mengambil sikap tegas kepada perusahaan yang membuang limbah seenaknya.
"Tidak hanya limbah industri tetapi juga limbah domestik dari rumah tangga yang juga menyumbang besar terjadinya penurunan kualitas air Kali Surabaya."
Prigi mengatakan perlu ada SOP (standar operasional prosedur) untuk menindak pembuang limbah di Kali Surabaya.
Sementara itu dalam siaran pers hari ini, Teguh Ardi Srianto Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL) Indonesia mengatakan matinya ikan di Kali Surabaya itu bukti nyata buruknya pengawasan dan kontrol kualitas air dari Jasa Tirta.
"Kalau BUMN itu berani menaikkan harga baku air Kali Surabaya yang diambil beberapa PDAM, kenapa mereka tidak tanggung jawab, untuk melakukan pengawasan dan kontrol kualitas airnya," ujarnya.
KJPL Indonesia minta pada semua warga di sepanjang Kali Surabaya, tidak mengambil dan mengkonsumsi ikan yang sudah mati. Dampak dari ikan mati itu tidak dapat dirasakan langsung, tapi akan terlihat 10 - 20 tahun mendatang, seperti kasus Mina Mata di Jepang. (sut)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel