Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

BANDA ACEH: Kota Lhokseumawe mengalami inflasi sebesar 0,55% pada Maret 2012, akibat naiknya harga berbagai jenis barang dan jasa. Angka inflasi ini tercatat tertinggi di Sumatera.
 
Syeh Suhaimi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh,  mengatakan  inflasi di Lhokseumawe secara umum disebabkan adanya kenaikan pada kelompok bahan makanan yang mencapai 1,475%.
 
“Kenaikan harga ini kalau kami lihat memang ada kaitannya dengan dua isu yaitu naiknya harga Bahan Bakar Minyak dan adanya isu kenaikan gaji PNS pada bulan lalu sebesar 10 persen,” katanya dalam konferensi pers di Banda Aceh hari ini.
 
Komoditas yang memberi andil cukup tinggi terhadap inflasi di Lhokseumawe adalah ikan segar dan ikan yang diawetkan juga. Menurut Suhaimi indeks harga konsumen (IHK) Lhokseumawe pada Maret lalu naik menjadi 134,60 dari 133,86 pada Februari 2012.
 
Sepanjang tahun ini Lhokseumawe tercatat mengalami inflasi 1,20 %, sedangkan secara year on year (Maret 2011-Maret 2012) kota terbesar kedua di Aceh ini dilanda inflasi 4,15 persen.
 
Selain Lhokseumawe, BPS Aceh juga mencatat kota Banda Aceh pada bulan lalu mengalami inflasi 0,41 persen. Secara agregat Provinsi Aceh mengalami 0,48 persen pada Maret 2012.
 
Suhaimi mengatakan, secara historis Aceh selalu mengalami deflasi pada Maret, namun tahun ini kota-kota di Provinsi itu justru mengalami inflasi. Hal ini akibat adanya isu kenaikan harga BBM pada bulan lalu yang mempengaruhi naiknya harga berbagai barang dan jasa.
 
Pada Maret 2012, dari 66 kota di Indonesia dipantau IKH tercatat 34 kota mengalami inflasi dan 32 lainnya deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 1,33 persen dan terendah di Malang sebesar 0,01 persen.
 
Sementara itu,  deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,44 persen dan terendah di Pekan Baru sebesar 0,03 persen.
 
 Ekspor Aceh Naik 63%  
 
Kesejahteraan para petani di Provinsi Aceh makin terpuruk, hal ini setidaknya terlihat dari menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Maret 2012, NTP Aceh tercatat sebesar 104,54, atau turun sebesar 0,53 persen dibanding capaian Februari lalu.
 
Syeh Suhaimi mengatakan, turunnya NTP disebabkan anjloknya indeks yang diterima petani sebesar 0,19 persen pada bulan lalu, sedangkan indeks dibayar petani lebih tinggi yang mencapai 0,35 persen.
 
“Indeks diterima petani mengalami penurunan dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani,” kata dia.
 
Penurunan ini juga dipengaruhi oleh turunnya NTP empat dari lima subsector perekonomian Aceh. Penurunan tertinggi terjadi pada subsector hortikultura sebesar 1,31 persen, disusul tanaman pangan 0,96 persen, peternakan 0,02 persen dan perikanan turun 0,18 persen. Hanya subsector perkebunan rakyat yang tumbuh tipis sebesar 0,31 persen.
 
Suhaimi berharap pemerintah khususnya instansi terkait dapat mengambil langkah strategis untuk meningkatkan NTP yang secara langsung berpengaruh pada membaiknya kesejahteraan petani.
 
Calon kepala daerah yang bertarung di Pemilukada Aceh juga diminta untuk memiliki misi yang jelas untuk meningkatkan NTP.
 
“Karena NTP ini sangat penting kami rasa dalam rangka mensejahterakan petani. Realita sekarang NTP Aceh masih belum menggembirakan, ini harus menjadi perhatian bagi siapa saja yang terpilih menjadi pemimpin nantinya,” ujar Suhaimi. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Sutarno
Sumber : Zulkarnaini Muchtar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper