JAKARTA: Universitas Trisakti Jakarta harus berpartisipasi menyiapkan mahasiswa menjadi pelaku ekonomi yang memiliki kemampuan berfikir holistik dengan mengintegrasikan persoalan lingkungan ke dalam kegiatan bisnisnya.
Sarwono Kusumaatmadja, mantan Menteri Lingkungan Hidup, mengatakan kepedulian terhadap lingkungan sosial dan keberlanjutan ekologi harus menjadi pertimbangan dalam setiap melakukan aktivitas produksi maupun konsumsi.
“Dalam konteks pembangunan ekonomi, mereka tidak hanya mempertimbangkan kemajuan fisik dan sosial, tetapi juga aspek keberlanjutan ekologis,” katanya pada seminar The 7th Trisakti economics and business fair and competition digelar Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta, hari ini.
Dia mengatakan paradigma ekonomi yang menginternalisasi persoalan lingkungan ke dalam bangunan sistem perekonoian itu merupakan konsep dari ekonomi hijau yang harus diperjuangkan agar terwujud di Tanah Air.
Menurutnya, ciri ekonomi hijau antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis lokal, peduli atas kualitas kehidupan manusia, menekankan pada nilai keberlanjutan serta member peran lebih luas bagi ekonomi informal.
“Ekonomi hijau menjamin pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mewujudkan keadilan sosial tidak saja antar masyarakat dalam satu generasi tetapi juga antar generasi,” ujarnya.
Sarwono yang Presiden PA-CSR mengatakan ekonomi hijau bertujuan untuk efisiensi sumber daya, pemberantasan kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan yang layak dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Sikap untuk mengembangkan ekonomi hijau dengan memperhatikan cara produksi dan konsumsi yang berkelanjutan agar menjadi gaya hidup sejak masih menjadi mahasiswa,” katanya.
Sementara itu Direktur Program MM-CSR Trisakti Maria R. Nindita Radyati mengatakan kegiatan usaha hendaknya memberika nilai tembah bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
“Usaha tersebut diinisiasi oleh seseorang yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sosial,” katanya.
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Etie M. Natser mengatakan upaya mengatasi dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global harus dilakukan secara bersama antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat.
Partisipasi dunia usaha sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim, lanjutnya, dilakukan dengan tetap mempertimbangkan dimensi sosial dan lingkungan hidup dalam menjalankan bisnisnya.
“Prinsip usaha yang berkelanjutan tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi harus memiliki kepedulian tehadap sosial, kultural dan lingkungan hidup sekitar,” ujarnya.
Etie menjelaskan upaya menciptakan kader pelaku bisnis dan entrepreneur yang memiliki kepedulian terhadap sosial dan lingkungan hidup dilaksanakan Universitas Trisakti dengan menggelar Trisakti economics & business fair and competition (TEBFC).
Kegiatan TEBFC diikuti 183 mahasiwa yang tergabung dalam 61 tim utusan dari 19 perguruan tinggi nasional seperti UI, UGM, Unpad, UIN Syarif Hidayatullah, Unlam untuk berpatisipasi dalam ajang kompetisi.
Adapun bidang kompetisi itu, menurutnya, meliputi bidang manajemen, akuntansi dan ekonomi yang akan berlangsung pada 8-10 Desember 2011. Kegiatan kompetisi dan seminar itu juga dimeriahkan dengan pameran pendidikan.