JAKARTA: Produsen semen terbesar kedua nasional PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengincar perolehan laba bersih pada semester kedua tahun ini minimal sama dengan pencapaian semester pertama yaitu Rp1,73 triliun.
Dengan target tersebut, perolehan laba bersih perseroan hingga akhir tahun bakal mencapai Rp3,46 triliun atau naik 7,4% dibandingkan dengan pencapaian 2010 sebesar Rp3,22 triliun.
Direktur Utama Indocement Daniel Lavalle mengatakan konservatifnya target perolehan laba bersih tersebut disebabkan masih besarnya beban pokok penjualan dan beban usaha yang ditanggung perseroan akibat melonjaknya biaya energi yang membuat margin keuntungan perseroan turun.
"Semester kedua, angka [laba bersih] akan sama dengan semester pertama," katanya akhir pekan lalu. Selain masalah biaya energi, Daniel juga menyatakan masalah buruknya infrastruktur di negeri ini turut meningkatkan beban ongkos transportasi yang harus dikeluarkan perseroan. Dia berharap kepada pemerintah untuk serius memperbaiki sarana infrastruktur guna mendukung kelancaran usaha pelaku usaha di industri semen.
"Daripada pemerintah mendorong pembangunan pabrik semen baru, lebih baik sarana infrastrukturnya diperbaiki dulu," ujarnya.
Pada semester I/2011, perolehan pendapatan bersih perseroan yang mencapai Rp6,33 triliun harus tergerus oleh kenaikan beban pokok pendapatan dan beban usaha yang masing-masing mencapai Rp3,33 triliun dan Rp892,62 miliar.
Beban pokok pendapatan tercatat naik 28,7% dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,59 triliun. Sementara beban usaha naik 23,5% dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun sebelumnya Rp722,05 miliar di mana beban usaha terbesar berasal dari biaya pengangkutan dan penjualan yang mencapai Rp722,51 miliar.
Akibatnya margin laba kotor perseroan turun menjadi 47,4% dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu 51,73%. Lebih lanjut, Daniel menuturkan sampai dengan enam bulan pertama ini, perseroan telah menggunakan belanja modal sebesar US$30 juta yang digunakan untuk maintenance pabrik semen, peningkatan fasilitas di pabrik, dan optimalisasi jetty di Tarjun.
"Sampai akhir tahun ini kami akan belanjakan lagi US$100 juta untuk pembangunan penggilingan semen baru di Citeureup yang akan dimulai semester ini," jelasnya.
Perseroan yang 51% sahamnya dikuasai oleh HeidelbergCement Group asal Jerman itu bakal meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 27,1 juta ton per tahun dalam lima tahun ke depan dengan kebutuhan dana investasi mencapai US$1,17 miliar.
Saat ini, Indocement memiliki tiga pabrik semen, yakni di Citeureup (Bogor), Palimanan (Cirebon) dan Tarjun (Kota Baru, Kalimantan Selatan) dengan total kapasitas produksi 18,6 juta ton per tahun. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga sama emiten berkode INTP itu ditransaksikan naik 50 poin atau 0,35% pada level Rp14.500 per saham. Harga tersebut membenuk kapitalisasi pasarnya mencapai Rp53,38 triliun.(mmh)