Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO Garuda: Investor dag dig dug

JAKARTA: Hari ini para investor dag dig dug menunggu nasib apakah saham Garuda Indonesia akan ditutup hijau atau merah dalam pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia.

JAKARTA: Hari ini para investor dag dig dug menunggu nasib apakah saham Garuda Indonesia akan ditutup hijau atau merah dalam pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia.

Bahkan, pemerintah disebut-sebut sudah menyiapkan skenario mengamankan harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dengan mendorong asuransi BUMN masuk ke pasar sekunder.

Skenario tersebut harus diambil setelah jumlah saham yang tak terserap lebih dari 3 miliar lembar saham, setara dengan Rp2,25 triliun, dan itu harus ditanggung oleh tiga underwriter (penjamin emisi).

Asuransi BUMN seperti Jamsostek tidak bisa mengambil porsi saham besar karena maksimal hanya dapat mengambil 5% dari free float pada penawaran perdana. Akan tetapi kalau mereka [asuransi BUMN] bisa membeli di pasar sekunder tentunya tidak dilarang, dan Garuda memiliki fundamental yang bagus,“ ujar satu eksekutif di pasar modal.

Sesuai dengan rencana, saham maskapai penerbangan nasional tersebut akan mulai efektif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini dengan kode saham GIAA. Harga perdana saham perseroan telah ditetapkan pada level Rp750 per lembar saham.

Dalam masa penawaran, investor lokal mendapatkan porsi 80% dan asing 20%. Persoalannya, dari total porsi 20% bagi asing, mereka hanya menyerap Rp91 miliar atau 1,9% dari total saham yang dilepas. Adanya pembatalan dari investor asing juga yang menyebabkan ketiga underwriter harus menyerap saham yang tak terjual tersebut.

Menurut sumber lain yang mengetahui soal IPO Garuda, semua itu terjadi karena Menteri BUMN Mustafa Abubakar `ngotot' menetapkan harga di atas rentang usulan joint lead underwriter (JLU)--PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Securities--yang sejak awal konsisten mengusulkan kisaran harga IPO di level Rp550Rp650 per saham.

Siap menunggu return

Menurut Head of Equity Sales Batavia Prosperindo Sekuritas Gurasa Siagian, hampir tidak ada investor asing yang tertarik untuk membeli saham Garuda karena harganya yang tergolong mahal tersebut. “Investor baru akan tertarik membeli jika harganya berkisar Rp500Rp550. Untuk investor yang sudah terlanjur membeli siap-siap untuk menunggu 1 sampai 2 tahun untuk memperoleh return,“ tandasnya.

Dalam kesempatan terpisah di sela-sela acara MoU akses data dan informasi secara elektronik di Gedung BPK, kemarin, Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo mengakui mendengar adanya informasi seretnya penawaran saham maskapai pelat merah, dan tiga underwriter yang harus menanggungnya.

“Tentu nanti kami akan mendengar laporan dari Menteri BUMN. Namun, saya melihat potensi dalam negeri cukup banyak,“ ujarnya.

Menurut dia, program Garuda seharusnya dilakukan dengan menggunakan sistem yang kreatif sehingga hasilnya memadai. Intinya, Menkeu meng izinkan privatisasi perusahaan pelat merah selama prosesnya dijalankan bersama oleh instansi-instansi yang terkait.

Sementara itu, Menteri BUMN Mustafa Abubakar enggan berkomentar lebih banyak soal `rugi bandar' yang diderita ketiga underwriter. Yang jelas, tambahnya, maskapai penerbangan itu dipastikan mendapatkan tambahan modal sesuai dengan yang diinginkan.

“Para underwriter dan manajemen Garuda Indonesia sudah bertemu saya dan sudah updating data serta kesiapan listing untuk besok [hari ini]. Tapi data rincinya seperti apa bukan porsi saya untuk menjelaskan, tadi sudah kami sepakati,“ ungkapnya.

Pendapat Mustafa diperkuat dengan pernyataan Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda. “Pokoknya kami fully subscribed. Kami [Garuda] dapat Rp3,3 triliun. Investor lokal dapat lebih banyak, tetapi untuk data rinci, komposisinya bagaimana, belum tahu, besok [hari ini] saja,“ ujarnya sambil berlalu.

Dalam kesempatan terpisah, ekonom Drajad Wibowo menilai Menteri BUMN dan jajarannya harus lebih banyak belajar mengenai pasar modal agar kasus dua privatisasi BUMN yang dilaksanakan belakangan ini tidak terulang kembali.

“Pada saat pasar bagus, saham Krakatau Steel justru dijual murah. Namun, saat kondisi pasar kurang menguntungkan seperti saat ini, harga saham untuk Garuda malah kurang disesuaikan. Seharusnya Menteri BUMN dan jajarannya belajar,“ ujar Drajad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper