Kabar24.com, JAKARTA — Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Riau, Lukman Edy-Hardianto unggul dalam survei Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI).
Direktur Eksekutif LKPI Arifin Nur Cahyono mengatakan bahwa untuk tingkat elektabilitas dengan simulasi menggunakan kertas kuisioner, hasilnya pasangan Lukman Edy-Hardianto dipilih oleh 33,2% responden dan Syamsuar –Edy Nasution menepel di peringkat berikutnya dengan raihan 25,6%.
“Sedangkan pasangan Firdaus-Rusli Effendi mendapatkan 12,3%, dan Arsyadjuliandi Rachman – Suyanto meraih 11,2%. Yang menjadi tolak ukur para responden untuk memilih pasangan calon adalah impresi bersih dari korupsi. Jadi tingkat elektabilitas ditentukan oleh hal ini,” ujarnya dalam rilis yang diterima Jumat (8/6/2018).
Lukman Edy – Hardianto juga menempati urutan teratas pada aspek penerimaan masyarakat 80,3% disusul Syamsuar-Edy Nasution yang tingkat akseptabilitasnya 78,2% sementara Firdaus-Rusli Efendy tingkat penerimaan mereka mencapai 70,2 %, dan pasangan petahana Arsyadjuliandi Rachman – Suyatno meraih tingkat akseptabilitas terendah yakni 68,2 %.
Meski demikian, pada aspek popularitas, petahana Arsyadjuliandi Rachman dikenal oleh responden 73,6% disusul Syamsuar 70,4 %, Lukman Edy 73,2%, dan Firdaus 71,2%.
Sementara itu untuk kandidat wakil gubernur, Edy Nasution meraih 56,3% disusul tiga cawagub lain yang meraih suara di bawah 50%.
“Angka popularitas ini hanya merujuk pada sejauh mana pemilih mengetahui kandidat baik hanya sekedar mengenali nama kandidat atau memang mengenal kandidat sebagai tokoh yang maju dalam Pilkada Riau 2018. Artinya, tingkat pengenalan pemilih terhadap kandidat sama sekali tidak berarti menjelaskan preferensi pilihanterhadap kandidat terkait sebagai calon pemimpin Provinsi Riau,” jelasnya.
Survei yang dilakukan pada 24 Mei-6 Juni 2018 ini menggunakan metode multistage random sampling dengan sampel 1985 responden dan margin of error kurang lebih 2,2 % serta tingkat kepercayaan mencapai 95%.
Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan cara responden terpilih diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner.
Setiap pewawancara bertugas mewawancarai lima responden untuk setiap satu kelurahan atau desa. Kendali mutu survei adalah pewawancara lapangan minimal mahasiswa atau sederajat dan mendapatkan pelatihan secara intensif disetiap pelaksanaan survei.