Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam keras insiden serangan yang diduga dilancarkan dengan gas beracun di Suriah akhir pekan kemarin.
Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Rusia disebutnya harus bertanggung jawab atas peran mereka dalam krisis di negara itu.
Dalam akun Twitternya, Trump mengecam Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk peran mereka dalam kekerasan yang sedang berlangsung. Saking geramnya, Trump menyebut Assad sebagai 'animal'.
Ia juga mengecam Putin dan Iran karena mendukung pemimpin Suriah tersebut. Pernyataan Trump terhadap Putin dipandang penting. Selama ini, Putin adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang enggan dikritik oleh Trump secara publik.
“Banyak korban tewas, termasuk wanita dan anak-anak, dalam serangan KIMIA yang tidak ada artinya di Suriah. Area kekejaman ini tertutup dan dikelilingi oleh Tentara Suriah, benar-benar tidak dapat diakses oleh dunia luar,” tulis Trump.
“Presiden Putin, Rusia, dan Iran bertanggung jawab karena mendukung Animal Assad. Harus membayarnya,” lanjutnya, seperti dikutip CNBC.
Trump juga mengecam pendahulunya, Barack Obama, karena dianggap gagal menghadapi Suriah pada tahun 2012, ketika negara ini pertama kali diduga menyerang warga sipilnya menggunakan gas beracun.
Pada saat itu, Obama diketahui mengancam Assad jika menyerang pasukan pemberontak dengan senjata kimia, namun kemudian tidak mewujudkannya.
Tim penyelamat dan medis sebelumnya menginformasikan 49 orang telah tewas oleh serangan kimia di sebuah kota yang dikuasai pemberontak pada Sabtu (7/4/2018) waktu setempat, namun BBC menyebutkan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.
Sejauh ini, belum ada verifikasi independen atas angka kematian dari insiden tersebut.
Kecaman Trump datang setahun setelah ia memerintahkan serangan rudal terhadap Suriah karena serangan serupa. Pada April 2017, pasukan AS menghujani lusinan rudal Tomahawk ke pangkalan Suriah, setelah puluhan warga sipil tewas dalam suatu serangan gas beracun.
Di sisi lain, saat kecaman dari dunia internasional meningkat, baik Suriah maupun Rusia membantah laporan terjadinya serangan kimia di kota Douma, yang disebutkan terjadi di daerah yang dikuasai pemberontak dekat Damaskus.