Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setya Novanto Disebut Turut Menekan Miryam S. Haryani

Pengacara Elza Syarif, pengacara mengatakan bahwa Setya Novanto turut menekan Miryam S. Haryani saat menjadi saksi kasus korupsi pengadaan KTP elektronik.
Terdakwa kasus dugaan pemberian keterangan palsu dalam sidang kasus KTP Elektronik Miryam S Haryani menunggu dimulainya sidang putusan sela di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (7/8)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Terdakwa kasus dugaan pemberian keterangan palsu dalam sidang kasus KTP Elektronik Miryam S Haryani menunggu dimulainya sidang putusan sela di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (7/8)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Kabar24.com, JAKARTA- Pengacara Elza Syarif, pengacara mengatakan bahwa Setya Novanto turut menekan Miryam S. Haryani saat menjadi saksi kasus korupsi pengadaan KTP elektronik.

Hal itu terungkap dalam sidang dalam sidang lanjutan kasus pemberian keterangan tidak benar dengan terdakwa Miryam S. Haryani di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (21/8/2017).

Di hadapan majelis hakim yang dipimpin oleh Frangky Tambuwun, Elza mengingat persis bahwa Miryam menceritakan kepadanya tentang tekanan yang diberikan oleh rekan-rekan di DPR. Dua nama yang disebut secara jelas adalah Akbar Faisal serta Jamal Aziz.

Penuntut Umum kemudian membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Elza Syarif. Dalam berkas itu, Elza mengatakan bahwa Miryam menceritakan pernah dipanggil oleh beberapa wakil rakyat seperti Setya Novanto, Chairuman Harahap, Markus Nari, Jamal Aziz dan Akbar Faisal. Pada kesempatan itu, Miryam merasa diadili dan dituding berkhianat lantaran membeberkan aliran yang terkait korupsi KTP elektronik.

“Dia merasa dianggap sebagai pengkhianat. Saya kemudian mengatakan kamu harus menyelamatkan diri kamu sendiri. Orang lain bersalah itu karena dosa mereka bukan karena kamu,” ujarnya.

Akan tetapi, saat dikonfirmasi lebih jauh mengenai isi BAP tersebut, Elza mengaku lupa dan tidak ingat persis nama-nama para pihak yang disebut menekan Miryam tersebut. Meski demikian, dia tetap yakin bahwa ada suasana tidak nyaman yang dirasakan oleh Miryam di DPR.

Dalam dakwaan, penuntut umum Kresno Anto Wibowo membeberkan bahwa ketika dihadirkan sebagai saksi dalam kasus pengadaan KTP elektronik dengan terdakwa Irman dan Sugiharto, petinggi Kementerian Dalam Negeri, pada 23 Maret silam, ketua majelis hakim menanyakan kepada Miryam mengenai keterangan dalam BAP pada 7 dan 14 Desember 2016 serta 24 Januari 2017 yang diparaf oleh politisi asal Jawa Barat tersebut.

Saat itu Miryam membenarkan bahwa keterangan dalam BAP yang diparafnya itu berasal darinya. Namun sejurus kemudian dia mencabut keseluruhan BAP dengan alasan isinya tidak benar. Dia mengaku ditekan dan diancam oleh tiga orang penyidik yang melakukan pemeriksaan terhadap dirinya.

Pada sidang 30 Maret 2017, penuntut umum mengkonfrontir Miryam dengan tiga penyidik yang dituding melakukan tekanan terhadap dirinya yakni Novel Baswedan, M. I. Susanto, dan A. Damanik. Keterangan ketiganya bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan oleh Miryam Haryani.

“Demikian juga keterangan terdakwa membantah penerimaan uang dari Sugiharto juga bertentangan dengan keterangan Sugiharto, yang menerangkan telah memberikan sejumlah uang kepada terdakwa,” papar penuntut umum.

Saat itu Sugiharto mengatakan dia memberikan sejumlah uang langsung kepada Miryam yakni yang pertama sebesar Rp1 miliar, kedua US$500.000, ketiga US$100.000 dan terakhir Rp5 miliar sehingga total mencapai US$1,2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper