Kabar24.com, JAKARTA -- Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan siap dengan perundingan dan pembicaraan Brexit dengan seluruh negara Uni Eropa yang akan digelar pada 19 Juni mendatang.
Merkel menginginkan perundingan Brexit tidak memakan waktu lama. Dia juga menginginkan negosiasi digelar tepat waktu.
“Tidak ada alasan yang menyatakan negosiasi digelar diluar jadwal yang ditentukan,” katanya seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/6/2017).
Menurut Merkel, Inggris tetap berpegang teguh terhadap niatnya untuk keluar dari Uni Eropa meski kini kondisinya tidak berpihak kepada Perdana Menteri Inggris Theresa May. Pasalnya, anggota parlemen Inggris baik dari kubu Konservatif maupun Buruh ada yang ingin tetap bergabung dengan Uni Eropa. Apalagi, ditambah dengan hasil pemilu Inggris yang tidak lagi didominasi oleh Kubu Konservatif.
“Kami berasumsi PM Inggris akan tetap pada pendiriannya. Tapi bagaimanapun Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa terlepas dari aksi politik Brexit atau tidak. Maka dari itu, kami meminta Inggris tetap menjadi mitra yang baik,” tutur Merkel.
Apalagi, lanjutnya, Inggris adalah bagian dari North Atlantic Treaty Organization (NATO). Oleh sebab itu, banyak tantangan yang harus dihadapi bersama oleh negara-negara NATO. Hal ini akan menjadi marwah atau jiwa yang akan diusung di negosiasi. Selain itu, negosiasi juga akan membahas kontribusi 27 negara anggota di Uni Eropa untuk menentukan masa depan persekutuan tersebut.
Baca Juga
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris menginstruksikan untuk mempercepat pemilu pada 8 Juni 2017 lalu. Hal ini dilakukan lantaran pihaknya ingin memperkuat kubu dalam perundingan Brexit dengan EU. Namun, hasil pemilu tidak seperti yang diharapkan oleh May.
Partai Konservatif, di mana May bernaung, tidak mampu mempertahankan dominasinya. Hasil pemilu menyebutkan Partai Konservatif mendapatkan 314 kursi, disusul berikutnya Partai Buruh 266 kursi, Partai Nasional Skotalndia 34 kursi dan Demokrat Liberal 14 kursi.
Untuk mendominasi Parlemen Inggris setidaknya diperlukan 326 kursi untuk satu partai. Dengan begitu, Inggris kini memasuki Hung Parliament atau parlemen menggantung karena tidak satupun partai yang mendominasi suara.