Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Donald Trump Merasa Arab Saudi Tak Adil

Presiden Donald Trump mengeluhkan sekutu Amerika Serikat, Arab Saudi, tidak memberi perlakuan yang pantas kepada AS, sebaliknya AS kehilangan banyak uang untuk membela Saudi.
Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman/Istimewa
Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman/Istimewa

Kabar24.com, WASHINGTON - Presiden Donald Trump mengeluhkan sekutu Amerika Serikat, Arab Saudi, tidak memberi perlakuan yang pantas kepada AS, sebaliknya AS kehilangan banyak uang untuk membela Saudi.

Dalam wawancara dengan Reuters, Trump memastikan bahwa pemerintahannya tengah berunding mengenai kemungkinan berkunjung ke Arab Saudi dan Israel pada paruh kedua Mei nanti.

Trump akan menggelar lawatan luar negeri pertamanya sebagai presiden guna menghadiri KTT NATO pada 25 Mei di Brussels dan bisa saja akan singgah di beberapa tempat.

"Sejujurnya, Arab Saudi tidak memperlakukan secara adil kita karena kita telah keluar banyak sekali uang untuk mempertahankan Arab Saudi," kata dia.

Kritik Trump kepada Riyadh yang merupakan eksportir minyak kelas berat dunia, mengulang retorika selama kampanye presiden 2016 ketika saat itu dia menuduh Saudi tidak cukup mengeluarkan uang untuk membayar payung keamanan AS.

"Tidak ada yang mengganggu Arab Saudi karena kita menjaga mereka," kata Trump dalam kampanye di Wisconsin setahun silam.

"Mereka tidak membayar pada harga yang pantas. Kita kehilangan baju kita."

Bulan lalu Wakil Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman bertemu dengan Trump dalam sebuah pertemuan yang dipuji oleh penasihat senior Saudi sebagai pembalikkan bersejarah dalam hubungan kedua negara.

Mereka membahas banyak hal, termasuk pandangan bersama terhadap Iran yang dianggap kedua negara sebagai ancaman keamanan di kawasan.

Riyadh dan negara-negara Teluk memandang Trump presiden yang kuat yang akan meningkatkan peran Washington sebagai mitra strategis utama mereka dan bakal membantu musuh Saudi, Iran, di kawasan yang memang sentral untuk kepentingan keamanan dan energi AS, kata para analis seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper