Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SENGKETA LAUT CHINA SELATAN: Pemerintah China Tolak Seruan Boikot Produk Filipina

Seorang pejabat senior China pada Selasa menolak seruan untuk memboikot Filipina setelah keluarnya putusan pengadilan terkait kasus sengketa antara negara tersebut dan Filipina.
Kepulauan Spratly di Laut China Selatan/Istimewa
Kepulauan Spratly di Laut China Selatan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA— Seorang pejabat senior China pada Selasa menolak seruan untuk memboikot Filipina setelah keluarnya putusan pengadilan terkait kasus sengketa antara negara tersebut dan Filipina.

China dengan marah menolak putusan Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag minggu lalu dan menyebutkan kasus tersebut ilegal serta merupakan sebuah lelucon. China berulang kali menyebutkan pihaknya tidak akan mengubah pendekatan atau klaim kedaulatannya di Laut China Selatan.

Beberapa penduduk China bereaksi atas putusan tersebut dengan menyerukan agar memboikot produk dari Filipina dan Amerika. Banyak warga China yang menuduh Amerika sebagai dalang di balik pengajuan kasus oleh Filipina.

Ketika ditanya apakah China akan melakukan langkah balasan di bidang perdagangan terhadap Filipina setelah putusan tersebut, Wakil Menteri Perdagangan China Gao Yan mengatakan bahwa hubungan perdagangan antarkedua negara berjalan mulus.

Dalam beberapa tahun ini, perkembangan hubungan perdagangan China dengan Filipina secara umum selalu lancar dan stabil. China berkeinginan untuk mengembangkan hubungan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.

"Saya harus mengatakan kendati sejumlah netizen meminta memboikot produk Filipina, saat ini hal ini belum terjadi,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/7/2016).

Berdasarkan data dari bea cukai China, total perdagagan China-Filipina meningkat 5,7% dalam enam bulan terkahir ke US$22.5 juta.

Seruan boikot untuk negara-negara yang dianggap menyinggung China bukanlah hal yang jarang terjadi.

Sengketa dengan Jepang terkait sejarah dan kepemilikan pulau tak berpenghuni di Laut China Timur dalam beberapa tahun terakhir telah memicu tindakan kekerasan anti-Jepang dan pengerusakan barang-barang Jepang serta restoran.

Sejauh ini tidak ada bukti merebaknya tindakan tersebut di China meskipun ada beberapa laporan terkait warga yang memegang spanduk di depan restoran cepat saji AS di Jepang sebagai aksi protes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper